“Persekutuan dengan yang telah meninggal”
Gereja Katolik mengajarkan bahwa cinta kepada anggota keluarga, kenalan atau sesama tidak terbatas selama mereka masih hidup. Setelah mereka mati, kita tetap mencintai mereka. Caranya, dengan mendoakan mereka. Bagaimana pendasarannya?Para Bapa Konsili Vatikan II lewat Konstitusi Dogmatis tentang Gereja (Lumen Gentium) menjelaskan hal ini. Dikatakan, ”Gereja kaum musafir menyadari sepenuhnya persekutuan dalam seluruh Tubuh Mistik Kristus itu. Sejak masa pertama agama Kristiani, Gereja dg sangat khidmat merayakan kenangan mereka yg telah meninggal. Dan ’karena inilah suatu pikiran mursyid dan saleh; mendoakan mereka yg meninggal supaya dilepaskan dari dosa-dosa mereka’ (2 Mak 12:45), maka Gereja juga mempersembahkan kurban-kurban silih bagi mereka” (LG 50).
Katekismus Gereja Katolik menambahkan, ”Doa kita untuk orang-orang yg sudah meninggal tidak hanya membantu mereka sendiri: kalau mereka sudah dibantu, doa mereka pun akan berdaya guna bagi kita” (KGK 958). Itu berarti, mendoakan orang yg sudah meninggal tidak pernah sia-sia. Itulah yg dihayati oleh umat Katolik. Praktik mendoakan orang yg sudah meninggal ini bukanlah suatu penyembahan arwah (mormon) seperti dituduhkan oleh sebagian orang bukan Katolik.
Sumber: Katekismus Gereja Katolik, 957**Dari Ruah 2012 hlm. 127