“Terimalah Roh Kudus dan Bersaksilah!”
Suatu kali, seorang pemudi mengatakan kepada saya, “Romo sudah lama saya ikut kharismatik tetapi saya belum bisa bahasa roh padahal teman-teman saya banyak yang sudah bisa bahasa roh. Bagaimana ini Romo?” Di lain waktu, ada yg bertanya kepada saya, “Romo sudah bisa berbahasa roh atau belum?”
Terus terang saya memang tidak begitu tertarik untuk bisa berbahasa roh sebab itu semua adalah karunia Allah dan bukan prestasi atau hasil dari suatu latihan tertentu. Pada HR Pentakosta ini, melalui bacaan I, kita diingatkan bahwa karunia Roh Kudus ternyata memampukan para rasul untuk bersaksi dengan gagah berani tentang kebenaran iman akan Kristus Yesus yang sengsara, wafat dan bangkit mulia. Itu semua disampaikan kepada begitu banyak orang dari berbagai bahasa dan bangsa. Ajaibnya, mereka semua memahami bahasa para rasul yang jelas berbahasa Yahudi! Jelas itu bukan bahasa roh tetapi bahasa manusiawi yang mampu dipahami. Roh Kudus menyatukan segala bangsa dg aneka bahasa mjd paham.
Maka, bagi saya, yang penting bukan soal bisa bahasa roh tetapi justru membangun suatu bahasa manusiawi yang mampu mengantar pada martabat ilahi kita semua sebagai ciptaan Allah. Bahasa itu tiada lain adalah bahasa KASIH. Pentakosta mengajak kita untuk memohon bahasa kasih yang mampu menyatukan siapa pun untuk membangun dunia makin manusiawi dan ilahi. Sudahkah aku mewujudkan bahasa kasih itu?***d2t