Simbol Toleransi Umat Beragama #toleransiberagama
Kawasan ziarah Sendangsono ditata ulang dan telah diresmikan. Diharapkan, Sendangsono dapat menjadi simbol kerukunan antarumat beragama di Indonesia
Senin pagi, 16/6, kawasan ziarah Sendangsono yang terletak di Kelurahan Banjaroya, Kalibawang, Kulonprogo, Yogyakarta dipenuhi ribuan peziarah. Kawasan ziarah yang ditata ulang sejak 16 Desember 2012 ini memiliki “wajah” baru, dan diresmikan bertepatan dengan peringatan 110 tahun baptisan pertama di Sendangsono, dan perayaan 74 tahun Keuskupan Agung Semarang (KAS).
Acara peresmian kawasan ziarah Sendangsono tahap pertama ini dihadiri Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Ignatius Suharyo, Uskup Agung Semarang Mgr Johannes Pujasumarta, Uskup Emeritus Ketapang Mgr Blasius Pujaraharja, Uskup Ketapang Mgr Pius Riana Prabdi, dan Kardinal Julius Darmaatmadja SJ. Hadir pula para pejabat pemerintahan, yakni Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X, Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro, Sekretaris Kabinet RI Dipo Alam, dan Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo.
Dalam sambutannya, Mgr Puja menuturkan, peristiwa sejarah di Sendangsono adalah peristiwa milik semua umat di sekitarnya. Oleh karena itu, kawasan ziarah Sendangsono akan didedikasikan untuk semua umat baik Katolik maupun non- Katolik. Sementara Sri Sultan Hamengkubuwono X menuturkan tentang refleksi kedamaian, kekhusukan, dan kekudusan suasana keagamaan di Sendangsono. Ia juga memberi apresiasi atas selesainya penataan kawasan ini. “Sendangsono diharapkan dapat menjadi tempat toleransi antaragama, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah sebagai destinasi wisata religi,” papar Sri Sultan.
Purnomo Yusgiantoro sebagai salah seorang pencetus penataan ulang kawasan ziarah Sendangsono menerangkan, pada tahap pertama ini ada lima tempat yang telah direnovasi. Kelima tempat meliputi Gereja Paroki St Maria Lourdes Promasan, rute Jalan Salib termasuk perbaikan jalan dan pembuatan taman, pembangunan padusan atau tempat mandi, cuci kaki, serta cuci tangan, Pastoran Paroki Promasan, dan Sakristi.
Usai sambutan, pembukaan peresmian kawasan ziarah Sendangsono ditandai dengan pemukulan gong oleh Sri Sultan, Mgr Puja, dan Purnomo. Setelah itu, para uskup dan pejabat pemerintah diajak menuju padusan yang letaknya tidak jauh dari halaman Gereja Promasan. Setelah diberkati Mgr Puja, tempat padusan resmi dibuka. Seusai acara tersebut, para uskup dan peziarah yang hadir diajak mengikuti Jalan Salib, yang menempuh jarak sekitar 1,3 km, dari Gereja Promasan menuju Gua Maria Sendangsono.
Usai Jalan Salib, acara di tutup dengan perayaan Ekaristi. Dalam homilinya, Mgr Suharyo mengisahkan kembali orang pertama yang dibaptis di Sendangsono. Orang tersebut dipermandikan dengan nama “Barnabas” dan nama aslinya Sarikromo. Sesudah dibaptis, Sarikromo menjadi katekis yang tak kenal lelah.
Sumber : www.hidupkatolik.com