“Sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya.”(28 Juli 2014)
Matius (13:31-35)
Sekali peristiwa Yesus membentangkan perumpamaan ini, “Hal Kerajaan Surga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil di antara segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar daripada sayuran lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang di cabang-cabangnya.” Dan Yesus menceritakan perumpamaan lain lagi, “Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang wanita dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat, sampai seluruhnya beragi.” Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan Ia tidak menyampaikan apa pun kepada mereka kecuali dengan perumpamaan. Dengan demikian digenapilah sabda nabi, “Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan. Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Ragi, Kerajaan Surga, Kuasa Allah, Iman, Kasih, tidak terlihat oleh mata telanjang tetapi karyanya nyata. Ragi mengubah secara perlahan-lahan adonan tepung dan air yang tidak enak dan keras, menjadi roti yang empuk dan wangi. Demikian juga dengan kasih, tidak terlihat namun dengan berjalannya waktu mengubah baik yang mengasihi maupun yang dikasihi. Kasih adalah transformasi yang memberikan rahmat ganda. Waktu yang dibutuhkan untuk transformasi itu tergantung pada keterbukaan hati dan kepasrahan diri para pelakunya.
Dalam kehidupan nyata, keyakinan ini tidak mudah diwujudkan dan bahkan mengucapkannya pada orang yang sedang menderita saja sangat sulit. Hari ini kami mengunjungi seorang ibu berusia 40 tahun dengan 2 anak yang baru saja ditinggal suaminya yang gagal ginjal 2 hari yang lalu. Ibu ini terbaring lumpuh di RS karena kanker payudara, tulang belakang dan paru-paru. Saat suaminya meninggal dia hanya bisa mencium jenasahnya disamping dalam posisi terbaring. Begitu dalam kekecewaan sang suami pada Tuhan sehingga dia sempat menolak untuk didoakan padahal mereka berdua adalah aktivis gereja.
Saat itu rasanya tidak ada penghiburan yang bisa diucapkan, airmata kita juga sudah tidak berarti lagi dibandingkan kesedihannya. Hanya satu yang tersisa, yang tidak bisa dirampas oleh dunia saat iman kepercayaan, saat iman pasrah diri sudah lemah, ‘Pengharapan akan Kasih Tuhan sendiri’, akan janji-Nya bahwa ada tempat di surga bagi orang-orang yang percaya akan ‘Kasih-Nya’ walaupun mengalami penderitaan di dunia. Kasih mengubah segala hal yang negatif menjadi positif, sebaliknya segala hal yang positif tanpa kasih akan berubah menjadi negatif. Itulah yang kami sampaikan kepada ibu itu, bahwa Kasih Tuhan akan mengubah penderitaan mereka menjadi sukacita di surga.
Doa
Ya Allah, dalam kurban Kristus yang satu dan sempurna, Engkau telah menyempurnakan berbagai kurban Perjanjian Lama. Semoga, meski kami diliputi kelemahan dan dosa, kami tetap tekun memelihara benih-benih kebaikan yang telah Kautanam dalam diri kami sehingga dapat menghasilkan buah yang melimpah. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Sumber : www.renunganpagi.blogspot.com