“Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”(7 September 2014)
Matius (18:15-20)
Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan dikau, bawalah seorang atau dua orang lain, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai orang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sungguh, apa yang kalian ikat di dunia ini akan terikat di surga, dan apa yang kalian lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang di antaramu di dunia ini sepakat meminta apa pun, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga. Sebab di mana ada dua atau tiga orang berkumpul demi nama-Ku, Aku hadir di tengah-tengah mereka.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Kita adalah makhluk sosial. Tidak bisa hidup sendiri. Secara naluriah, kita juga lebih suka mempunyai teman dan hidup bersama dengan orang lain daripada sendirian. Kita lebih suka ngobrol dengan orang lain daripada ngomong sendiri (hehehehe). Kita selalu merasa senang kalau bisa berkumpul dengan teman, sahabat, tetangga. Maka, banyak di antara kita giat mengikuti berbagai macam perkumpulan atau organisasi. Sekarang, melalui WA, FB, BB, kita juga membuat grup untuk menjadi tempat ngobrol. Mari kita sejenak berefleksi: apa yang paling banyak kita omongkan bersama teman dan sahabat, baik secara langsung maupun melalui media sosial? Sekedar guyon, omong saru, saling mengejek, bergosip? Atau berdiskusi, berbagi pengalaman iman, berdoa, saling meneguhkan dan memberi masukan? Atau …, …, …? Tuhan menghendaki agar kita berkumpul dalam nama-Nya. “Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Apa tandanya, kita berkumpul dalam nama Tuhan? Tidak cukup hanya berdoa, tetapi harus pula ada cinta kasih. “Ubi caritas et amor, Deus ibi est”. Di mana ada cinta dan kasih, hadirlah Tuhan. Contoh konkrit cinta kasih itu tampak dalam bagaimana kita bersikap terhadap orang lain yang melakukan kesalahan. Cinta kasih tidak mengijinkan kita untuk menggosipkan dan membicarakan kejelakannya ramai-ramai tanpa kehadiran yang bersangkutan, tetapi mendorong kita untuk mengajaknya omong-omong dari hati ke hati, entah 4 mata atau bersama-sama dengan yang lain. Nah, doa menjadi penting karena kebiasaan kita berdoa bersama dalam setiap perkumpulan kita, diharapkan semakin meneguhkan perkumpulan kita sebagai persekutuan cinta kasih.
Doa
Tuhan, bantulah kami untuk menjadikan perkumpulan kami, sebagai persekutuan cinta kasih. Amin.
Sumber : www.doakatolik.com