Tempat Terkudus dalam Bait Allah
Bagian terpenting Bait Allah disebut Tempat terkudus (the holy of holiest; Ibr. Qados haqedosim), yi. tempat terujung yang berupa bangunan beratap, tidak luas, dibatasi oleh tirai atau sering disebut tabir Bait Suci. Di dalam kamar yang dianggap keramat itu ada tabut perjanjian yang isinya loh batu, tongkat Harun dan satu mangkuk kecil roti manna. Tabut perjanjian mempunyai tutup yang disebut hilasterion (Yun) atau kipporet (Ibr). Tutup tabut perjanjian itu dihiasi dengan dua kerub yang menyembah berhadapan (malaikat dg 6 sayap). Tutup tabut perjanjian itu merupakan tahta Allah yang disebut sebagai the seat of mercy (Takhta Kerahiman).
Tutup perjanjian itu disebut Paulus sbg jalan pendamaian, yg dibuat analog dg Yesus sendiri. Setahun sekali, pada hari raya Yom Kippur/hari raya pendamaian, Imam Agung memasuki tempat terkudus itu untuk memercikkan darah korban. Sebagian dipercikkan di atas tutup tabut perjanjian dan sebagian lagi dipercikkan pada umat yang hadir sebagai tanda terjadinya pendamaian antara Allah dengan manusia. Peristiwa pemercikan darah yang membawa pendamaian ini disebut expiation (tdk ada terjemahan dlm bhs Ind.). Peristiwa expiation ini dilakukan Yesus di Golgota. Yesus bagaikan tutup pendamaian; dg darah-Nya yg terpercik Dia mendamaikan manusia dg Allah. Matius dan Markus mengisahkan bahwa pada saat Yesus wafat “tabir Bait Suci” terbelah menjadi dua (bdk. Mat 27:51; Mrk 15:38). Yg dimaksud di sini adalah tabir yang memisahkan tempat terkudus dg ruangan di depannya dan dg pelataran-pelataran bait Allah di luarnya. Dg terbelahnya tabir Bait Suci ingin dinyatakan bahwa Yesus dg wafat-Nya mengenyahkan pembatas antara Allah dg manusia. Terjadilah kesatuan dan pendamaian kembali.