Talenta, Bakat dan Karunia
Bakat, dalam bahasa Inggris memang disebut “talent” dan dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai “talenta”. Tetapi, arti istilah bakat sebenarnya tidak sama dengan TALENTA seperti yang ditulis dalam Alkitab. Karena istilah talenta dalam Alkitab tidak berbicara tentang bakat, melainkan satuan nilai UANG pada zaman itu, yang setara dengan 6000 dinar. Dimana 1 dinar = upah bekerja selama sehari. Talenta lebih cocok bila diartikan sebagai SEJUMLAH modal yang Tuhan titipkan pada diri kita. Dalam perumpamaan tentang talenta, kita tahu bahwa ada yang dititipi 5 talenta, 3 talenta, dan 1 talenta. Artinya, memang “modal” setiap orang tidaklah sama. Namun tugas dan tanggung jawabnya sama, yaitu: masing-masing harus mengupayakan modal tsb agar berbuah atau berlipat ganda. Di dalam bagian Alkitab lain dikatakan bahwa “barangsiapa diberi lebih, juga akan dituntut lebih”. Artinya, bila seseorang dititipi oleh Tuhan “modal” dalam jumlah besar, maka Tuhan pun akan menuntut “modal” tsb kembali dalam jumlah yang besar. Contoh sederhananya: bila seseorang memiliki banyak kemampuan, maka dia tentu dituntut lebih banyak dibanding orang lain yang hanya memiliki sedikit kemampuan. Demikian pula bila seseorang memiliki pengetahuan yang luas dan banyak, kepadanya pun akan dituntut untuk menghasilkan karya / buah sesuai dengan “modal” pengetahuan yang dimilikinya tsb. Di sini terdapat unsure keadilan. Barangsiapa memiliki banyak, akan dituntut banyak pula!
Nah, kembali pada pengertian BAKAT. Bakat umumnya diartikan sebagai sifat atau kecenderungan bawaan dalam diri seseorang yang diperolehnya karena faktor keturunan. Memang masih ada banyak perdebatan mengenai hal ini. Benarkah kemampuan seseorang itu ditentukan oleh bakat (nature) atau oleh pembentukan lingkungan (nurture). Selain itu, juga muncul pertanyaan lain: kalaupun kemampuan seseorang ditentukan oleh “bakat” yang dibawanya sejak lahir, bisakah kita mengenali bakat tsb? Masih ada satu sanggahan lagi, sehubungan dengan teori tentang bakat: kalaupun seseorang “berbakat” sesuatu, namun bila ia tidak melatih diri dan secara serius mengembangkannya, apakah “bakat”nya tsb bisa tumbuh menjadi keahlian/kompetensi. Ujung-ujungnya adalah, tidak terlalu penting sebenarnya, bakat itu ada atau tidak, ataukah bisa dikenali sejak dini atau tidak. Karena ada hal lain yang jauh lebih penting, yaitu: bagaimana kita bisa melatih dan mengembangkan diri agar bisa memiliki pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan tertentu yang kelak bakal berguna, baik untuk diri sendiri maupun untuk menjadi berkat bagi orang lain!
KARUNIA memiliki pengertian yang sama sekali berbeda dengan bakat ataupun talenta. Karunia adalah suatu kemampuan tertentu (khusus) yang Tuhan berikan kepada setiap orang percaya dengan tujuan khusus pula, yaitu: agar orang percaya tsb dapat melakukan pekerjaan yang Tuhan tugaskan baginya semasa hidupnya di dunia ini.
Kita tidak bisa memilih karunia jenis apa yang kita inginkan. Kita juga tidak bisa meminta pada Tuhan agar diberi karunia X atau karunia Y karena karunia diberikan oleh ROH kepada setiap orang percaya sesuai dengan kehendak-Nya (1 Korintus 12:11).