“Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia”(04 Januari 2015)
Markus (6:1-6)
Pada suatu ketika, Yesus tiba kembali di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Yesus mengajar di rumah ibadat, dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia. Mereka berkata, “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mukjizat-mukjizat yang demikian, bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria? Bukankah Ia saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka, “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.” Maka Yesus tidak mengadakan satu mukjizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Selama kurang lebih 30th, Yesus hidup di Nazaret. Mungkin sebagai tukang kayu seperti Yusup, ayah-Nya. Maka, orang-orang Nazaret mengenal-Nya sebatas sebagai anak seorang tukang kayu. Tidak lebih. Sebelum Ia datang ke Nazaret, mungkin mereka sudah mendengar kabar tentang apa yang Ia buat di tempat-tempat lain. Mereka penasaran. Lalu, ketika Yesus pulang kampung dan mengajar di sinagoga, mula-mula mereka takjub. Sayang, mereka tidak menyukuri ketakjuban mereka tetapi malah mengorek-ngorek masa lalu-Nya sehingga muncul kekecewaan. Inilah point permenungan saya. Seringkali, kita mudah merasa kecewa dengan masa lalu kita sendiri atau terlalu menaruh perhatian pada masa lalu orang lain. Akibatnya, kita menjadi kurang mensyukuri apa yang ada sekarang. Padahal, saat ini sudah banyak perubahan dan kemajuan. Demikian juga orang lain tersebut sudah berkembang pesat. Masa lalu memang merupakan bagian dari sejarah hidup kita, namun kalau ada hal-hal yang kurang baik, lalu kita terlalu kecewa atau meratapinya, kita tidak akan bisa berkembang secara optimal. Maka, jauh lebih penting kita fokus pada apa yang sedang kita hadapi seraya menyadari kehadiran Tuhan dan takjub akan karya-karya-Nya dalam hidup kita.
Doa
Tuhan, bantulah kami untuk fokus pada apa yang sedang kami hadapi sekaligus menyadari kehadiran-Mu yang senantiasa berkarya dalam diri kami. Amin.
Sumber : www.doakatolik.com