| |

“Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.”(12 Februari 2015)

Screen Shot 2014-06-18 at 8.20.43 AMMarkus (7:24-30)
“Anjing-anjing pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.”
Pada waktu itu Yesus meninggalkan daerah Galilea dan berangkat ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya. Tetapi, kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. Malah di situ ada seorang ibu, yang anak perempuannya kerasukan roh jahat. Begitu mendengar tentang Yesus. Ibu itu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Ibu itu seorang Yunani berkebangsaan Siro-Fenisia. Ia mohon kepada Yesus supaya mengusir setan dari anaknya. Yesus lalu berkata kepadanya, “Biarlah anak-anak kenyang dahulu! Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Tetapi ibu itu menjawab, “Benar, Tuhan! Tetapi anjing di bawah meja pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Lalu Yesus berkata kepada ibu itu, “Karena kata-katamu itu, pulanglah, sebab setan itu sudah keluar dari anakmu.” Ibu itu pulang ke rumah dan mendapati anaknya terbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Dengan kata-kata “anjing” yang keluar dari mulut Yesus, kita tahu bahwa Ia tidak sedang misuh atau marah. Meskipun dikatakan bahwa sebenarnya Ia ingin berada di rumah tanpa diketahui siapa pun, karena mungkin Ia ingin sendirian dan melepas lelah barang sejenak. Itu berarti, kedatangan perenpuan Siro-Fenisia tersebut, bisa dikatakan mengganggu ketenangan-Nya. Bisa jadi Yesus tidak berkenan. Namun, kalau melihat apa yang terjadi selanjutnya, lebih-lebih perempuan tersebut mendapatkan dari Yesus apa yang ia mohon, dapat dipastikan bahwa ungkapan kata “anjing” tersebut tidak keluar dari kejengkelan atau kemarahan. Maka hal ini tidak bisa kita jadikan sebagai pembenaran kalau suatu saat kita marah atau jengkel lalu keluar kata-kata yang sama. Pesan yang hendak disampaikan dalam Injil ini adalah mengenai iman dan kerendahan hati. Iman kita kepada Tuhan, yang seringkali terwujud dalam permohonan dan pengharapan kepada-Nya, haruslah kita hayati dalam kerendahan hati. Oleh karena itu, permohonan kita kepada Tuhan, hendaknya juga bukan sekedar berisi daftar kebutuhan-kebutuhan kita tetapi lebih-lebih sebagai ungkapan iman dan kerendahan hati. Tuhan tahu semua kebutuhan kita, tapi apakah kita cukup beriman dan rendah hati untuk datang kepada-Nya dan memohon? Dengan demikian, kita memohon kepada Tuhan bukan pertama-tama karena kita butuh ini dan itu tetapi karena kita beriman kepada Tuhan.Doa
Tuhan, ajarilah kami untuk menghayati iman kami dalam kerendahan hati. Amin.

Sumber : www.doakatolik.com

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *