Bau-bauan
“Taruhlah perkataan sedap di dalam mulutku terhadap singa itu, dan ubahlah hatinya sehingga menjadi benci kepada orang-orang yang memerangi kami, supaya orang itu serta semua yang sehaluan dengannya menemui ajalnya.” (Ester 4,18)
TADI siang saya berada di Hening Griya bersama dengan para imam balita. Ketika lewat dekat dapur, hidung saya mendapatkan bau sedap, yang berasal dari sana. Ibu-ibu rupanya sedang menyiapkan makan siang untuk para pengguna Hening Griya.
Bau yang sedap bisa berasal dari dapur, tempat untuk mengolah berbagai jenis makanan atau juga tempat yang lain. Banyak orang menyukai bau yang sedap.
Sebaliknya, banyak orang tidak menyukai bau yang tidak sedap. Mereka akan segera menutup hidungnya ketika angin menyodorkan bau tidak sedap yang berasal dari bunga bangkai, dari comberan atau got yang mampet, dari bangkai binatang atau dari penumpang bis yang tidak sempat mandi beberapa hari.
Bau sedap atau tidak sedap berasal dari banyak hal yang ada di sekitar hidup kita. Bahkan rasa sedap atau tidak sedap juga bisa berasal dari diri manusia sendiri. Rasa sedap atau tidak sedap tidak hanya berasal dari pakaian kotor, keringat atau deki yang menempel pada tubuh, tetapi juga bisa berasal dari dalam diri manusia.
Kata-kata atau ucapan seseorang sering terasa sedap, artinya enak didengarkan, menimbulkan rasa nyaman dan kerasan, memberikan penghiburan atau peneguhan, memberikan dorongan atau semangat untuk hidup lebih baik, memberikan pencerahan atau inspirasi dalam kebuntuan.
Sebaliknya, kata dan ucapan seseorang terasa tidak sedap, artinya membuat telinga merah dan hati panas, menyulut kejengkelan dan emosi, meninggalkan luka, dendam dan kebencian. Ratu Ester mohon agar Tuhan menaruh kata-kata sedap dalam mulutnya. Kata-kata sedap yang mampu mengubah hati dan sikap musuhnya.
Kata-kata sedap merupakan suatu anugerah dari Tuhan dan bukan hanya buatan manusia. Kata-kata macam apa yang sering keluar dari mulutku?
Teman-teman selamat pagi dan selamat berkarya. Berkah Dalem.
Sumber : www.sesawi.net