Matius (20:17-28)
“Yesus akan dijatuhi hukuman mati.”
Pada waktu Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka, “Sekarang kita pergi ke Yerusalem, dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olok, disesah dan disalibkan, tetapi pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus beserta anak-anaknya kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus, “Apa yang kau kehendaki?” Jawab ibu itu, “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini kelak boleh duduk di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu, dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” Tetapi Yesus menjawab, “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya, “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka, “Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.” Mendengar itu, marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata, “Kamu tahu, bahwa pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu! Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu. Sama seperti Anak Manusia: Ia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Sejak pertengahan 2013 yang lalu, saya hidup di sebuah collegio untuk para imam dari berbagai negara di benua Asia, Afrika dan Amerika. Terdapat hampir 200 imam dari 60an negara yang berbeda. Dalam hidup bersama ini, saya semakin menyadari betapa pentingnya sikap dan semangat saling melayani. Secara bekelompok, selama 1 minggu kami bergiliran saling melayani, baik di kapel (mempersiapkan misa, memimpin misa dan ibadat, menjadi lektor, mesdinar, dll) maupun di ruang makan (menyajikan makanan, membereskan piring, gelas dan peralatan makan yang lain). Jika anggota kelompok yang bertugas sungguh-sungguh mempunyai semangat pelayanan yang tinggi, maka kehidupan besama berjalan dengan baik. Namun, kalau dari kelompok yang bertugas itu hanya sedikit yang mau melayani, maka kehidupan bersama menjadi kacau. Itulah makanya, Yesus selalu menekankan pentingnya saling melayani satu sama lain, sebagaimana Ia sendiri telah memberikan teladan. Dan pelayanan di diteladankan Yesus bukanlah pelayana searah (bawahan selalu melayani atasan) tetapi timbal baik. Seorang pemimpin harus mau melayani mereka yang dipimpinnya.
Doa
Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami selalu mempunyai semangat yang tinggi untuk meyalani satu sama lain. Amin.
Sumber : www.doakatolik.com