| |

Rumahku adalah Rumah Doa

BEBERAPA tahun silam, ketika masih menjalani masa Tahun Orientasi Pastoral ( TOP ) di salah satu paroki di pedalaman Kalimantan, saya sempat beberapa kali mengikuti misa pemberkatan kapela stasi baru. Masih terlintas kuat dalam benak, sebuah gereja stasi berukuran kecil tapi penuh pesona.

Gereja ini berkesan. Meski terbuat dari kayu, pada dinding bagian dalamnya terpajang banyak gambar kudus yang diambil dari lembaran kalender tahunan yang tidak terpakai lagi. Kagum oleh banyaknya gambar kudus itu, saya sempat bertanya kepada seorang guru agama di stasi tersebut, “ Mengapa kamu memajang begitu banyak gambar kudus di dalam Gereja? “ Spontan ia pun menjawab, “ Frater, umat kami di sini banyak yang jarang masuk Gereja. Sebagian dari mereka juga banyak yang tidak bisa baca tulis. Saya berharap dengan gambar kudus ini mereka tertarik untuk datang berdoa di Gereja. Selain itu, besar harapan saya agar lewat gambar kudus ini mereka bisa mengenal sedikit demi sedikit cerita Kitab Suci dan akhirnya semakin teguh mengimani Allah. “

Jawaban spontan guru agama ini mengingatkan tentang betapa pentingnya Gereja sebagai rumah doa. Tempat bagi setiap pribadi untuk berjumpa dengan Allah. Mungkin karena alasan inilah, maka selama ini banyak Gereja yang dibangun dengan gaya arsitektur yang indah, dekorasi yang menawan serta dihiasi dengan bunga-bunga yang harum mewangi. Tujuannya agar setiap orang yang berdoa di Gereja sungguh-sungguh merasakan kehadiran Allah dan akhirnya boleh mengalami kedamaian dan sukacita hidup.

Pada hari ini kita mendengar kisah tentang Yesus yang menyucikan Bait Allah. Kisah ini cukup menarik karena ketika Yesus memasuki Bait Allah ada banyak orang yang sedang berjualan. Ada pula yang sedang menukar uang. Dan situasi ini membuat Yesus marah. Ia lalu mengusir mereka dan menjungkirbalikkan semua barang jualan.

Tindakan Yesus ini mungkin bagi sebagian orang kelewat batas. Tapi melalui tindakan ini Yesus ingin mengembalikan kemurnian Bait Allah sebagai Rumah Doa, tempat bagi setiap pribadi untuk berjumpa dengan Allah.

Lewat tindakan ini pula Yesus ingin melenyapkan segala bentuk sikap kurang sopan, praktik jual beli dan kesombongan yang bisa terjadi dalam Bait Allah. Ini penting agar Bait Allah sungguh-sungguh menjadi rumah doa yang menyejukkan bagi setiap pribadi yang ingin berjumpa dengan Allah.

Saudara/I terkasih,
Bait Allah semasa hidup Yesus sepadan dengan Gereja kita sekarang. Terkait dengan ini, ada dua pengertian tentang Gereja. Pertama, Gereja berarti suatu bangunan, tempat beribadah bagi orang-orang Kristen. Kedua, Gereja berarti persekutuaan orang-orang yang percaya kepada Kristus.

Kedua pengertian Gereja ini perlu diperhatikan dengan baik. Sebab ini berkaitan dengan jati diri, identitas kita sebagai pengikut Kristus. Di pihak lain, pengetahuan tentang arti Gereja ini penting bagi kita untuk melihat sejauh mana kita menghayati kehidupan sebagai murid Kristus?

Beberapa waktu lalu, sebuah majalah katolik memuat sebuah artikel berjudul, “ Gereja bukan Fashion Show’, karangan Anna Avantie, seorang perancang busana ternama di Indonesia. Tulisan ini menarik karena ia mengkritiki cara berpakaian sebagian umat Katolik yang kurang pantas di Gereja seperti rok mini, jeans ketat dll. Menurutnya cara berpakaian menunjukkan pribadi seseorang. Karena itu, setiap orang mestinya bijaksana dalam berpakaian apalagi di Gereja.

Lepas dari sikap pro dan kontra tulisan ini, saya berpendapat bahwa tulisan ini merupakan sebuah awalan bagi kita untuk menaruh hormat pada kesucian Gereja sebagai tempat kudus bagi kita semua. Karena itu, tiap-tiap orang hendaknya berusaha untuk menjaga kebersihan Gereja, menata dan menjaga keheningannya agar Gereja sungguh-sungguh menjadi rumah doa bagi setiap orang yang ingin berjumpa dengan Tuhan.

Tuhan memberkati kita!

Sumber : www.sesawi.net

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *