| |

Setiap Hari, Paus Fransiskus Bawa Surat Nenek di Buku Brevirnya

HORMAT kepada orang tua kembali diingatkan oleh Paus Fransiskus dalam sebuah pertemuan dengan umat di halaman Katedral Santo Petrus (11/3).

Menurut Paus yang hari ini tepat menjalani dua tahun masa jabatan kepausannya (13/3), orangtua memegang peranan penting dalam kehidupan orang muda.

“Saya membawa surat nenek saya yang ditulis beliau ketika saya ditahbiskan sebagai imam, (Paus ditahbiskan pada 13 Desember 1969). Surat itu saya sisipkan dalam buku brevir saya (buku doa harian yang biasa didaraskan oleh para imam, biarawan, religius, setiap hari),” demikian ungkap Paus.

Dalam sebuah wawancara dalam proses pembuatan buku “The Jesuit”, Paus Fransiskus pernah mengutip sebuah teks dari surat neneknya tersebut.

“Semoga cucuku yang kuberkati sepenuh hati, panjang umurnya dan bahagia hidupnya, tetapi jika suatu hari terjadi sesuatu yang membuatmu berduka dan menderita, sakit atau kehilangan orang yang dikasihi, ingatlah akan sosok di dekat Tabernakel, dimana Martir paling agung bertahta, dan tatapan Bunda Maria pada kaki salib tersebut, hal itu akan seperti obat mujarab yang bisa menyembuhkan luka yang paling dalam dan menyakitkan.”

Anak sulung

Paus Fransiskus merupakan anak sulung dari lima bersaudara, anak Mario José Bergoglio dan Regina María Sívori. Ia menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di bawah bimbingan neneknya, Rosa, yang menjaganya ketika adik-adiknya lahir.
Nenek Rosa berperan penting dalam hidupnya dan Paus sangat menghormati neneknya.

“Ketika hati orang tua bebas dari kegetiran masa lalu dan keegoisan masa sekarang, maka mereka menjadi menarik bagi kaum muda, yang berharap untuk menemukan dukungan kuat di dalam iman dan makna hidup mereka,” demikian papar Paus yang lahir pada 17 December 1936 di Buenos Aires, Argentina.

Paus menekankan agar umat berdoa bagi para orang tua agar mereka bisa bersyukur atas begitu banyak berkat yang telah diterima dan juga memperhatikan kebutuhan dan harapan bagi kaum muda.

“Kemurnian iman dan doa bisa membantu masyarakat untuk menemukan cara paling bijak dalam mendidik kaum muda, bahwa makna hidup itu ditemukan dalam kasih yang bersedia mengorbankan diri dan berbela rasa terhadap orang lain,” lanjut Paus.

Kidung Simeon

Simeon dan Hanna merupakan contoh orang tua yang bisa hidup sampai tahap akhir, dan saya termasuk di kategori ini,” kata Paus.

Gambaran bagaimana kedua orang tua ini menunggu datangnya Sang Juru Selamat di kenisah dengan sabar menunjukkan inti dari doa. Karena kita dipanggil oleh Tuhan untuk mengikuti Dia dalam setiap momen kehidupan kita, maka para orang tua memiliki misi khusus untuk memenuhi panggilan tersebut dan mereka diberi berkat untuk melakukannya.

Paus juga menyatakan bahwa tahap final dari hidup orang tua bukanlah waktu untuk ‘menyerah’ dan menjadi tersingkirkan, seperti contoh Simeon dan Hanna yang dikuatkan ketika melantunkan Kidung Pujian kepada Tuhan sewaktu mereka mengenali bayi Yesus sebagai Sang Juru Selamat.

Para orang tua perlu menggabungkan diri sebagai suatu paduan suara permanen bagi dunia kita; untuk mendukung dengan doa dan membagikan pengalamanan mereka kepada orang-orang yang sedang bergulat dalam hidupnya.

Di akhir homilinya Paus mendoakan agar di dunia dimana kaum tua sering tidak dianggap dan dipinggirkan, Gereja bisa menjadi cahaya penerang yang mengenali kontribusi dan pemberian para orang tua tersebut dan Gereja juga bisa mendorong terjadinya dialog antar generasi yang bermakna.

“Saya berharap Gereja bisa menanggulangi budaya pembuangan, mempromosikan reuni dan kesetaraan penerimaan di antara generasi yang berbeda. Mari bersama kita doakan,” demikian ajakan Paus Fransiskus menutupi khotbahnya.

Sumber : www.sesawi.net

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *