| |

Keberhasilan Guru Ditentukan oleh Teladan Hidupnya

NILAI-NILAI pendidikan karakter yang diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum semuanya bersumber dari Agama, Pancasila, Budaya dan Tujuan Pendidikan Nasional.

“Semua itu dapat dikategorikan dalam 4 ruang lingkup yakni Olah Pikir (Pendidikan Pikir), Olah Hati (Pendidikan Hati), Olah Raga (Pendidikan Raga) dan Olah Rasa/Karsa (Pendidikan Rasa/Karsa),”ujar Ketua Komisi Pendidikan (Komdik) Keuskupan Atambua, Rm. Drs. Benyamin Seran, Pr. MA dalam seminar pendidikan katolik yang dihadiri 79 orang guru se-Paroki Nualain, Atambua, NTT pada Sabtu (14/3/2015).

Imam yang sudah lebih dari 25 tahun mengabdikan dirinya di sekolah ini menegaskan, berhasilnya pelaksanaan pendidikan karakter bergantung pada berbagai hal, antara lain lewat berbagai kegiatan baik seperti kegiatan rutin kurikuler maupun ekstra kurikuler.

Yang tidak kalah penting, kata Benyamin, adalah menciptakan budaya sekolah yang kondusif bagi penyelenggaraan pendidikan karakter. Selain lewat kegiatan-kegiatan rutin, juga bisa dengan mengondisikan suasana dan kebiasaan sekolah yang kondusif.

Romo Min, begitu pastor ini biasa disapa, juga membahas peran sentral guru dalam mendidik putra-putri bangsa dan gereja. Apa pun alasannya, guru memegang peran penting dalam mendidik murid di sekolah.

“Keberhasilan seorang guru lebih banyak ditentukan oleh teladan atau contoh hidup yang dialami langsung murid-murid selama berada di lingkungan sekolah. Karena itu, guru hendaknya menjadi contoh dan panutan dalam sikap, perilaku dan tindakan-tindakan,”tegas Romo Min.

2 Fungsi
Sepanjang sejarah keberadaannya, menurut Romo Min, pendidikan mengemban 2 fungsi pokok, membantu manusia menjadi pintar dan cerdas (smart) dan menjadi orang yang baik (good).

“Menjadikan manusia pintar dan cerdas, boleh jadi lebih mudah, namun menjadikan manusia menjadi orang baik dan bijak, nampaknya jauh lebih sulit. Bahkan boleh dibilang sangat sulit,”tegas Romo Min.

Karena itu, yang perlu diperhatikan dewasa ini adalah bukan hal-hal yang sifatnya teroretis melainkan contoh hidup nyata yang dapat diperankan guru-guru di sekolah-sekolah masing-masing.

Sumber : www.sesawi.net

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *