Prosesi Laut di Larantuka, Bukan Sekedar Tradisi tapi Ungkapan Iman
RIBUAN peziarah umat katolik yang datang dari berbagai daerah, baik dalam negeri maupun luar negeri pada Jumat (3/4/15) memadati rute Prosesi Laut untuk mengantar Tuan Meninu (Arca Kanak Yesus), sebagai rangkaian tradisi Jumat Agung di Larantuka yang dikenal cukup sakral itu. Peziarah yang memilih berada di laut, menumpangi kapal motor, sementara peziarah yang berada di darat berdiri di pesisir pantai, sepanjang rute prosesi laut dari Pantai Kota Rowido di Larantuka hingga di Pantai Kuce Pohon Sirih.
Mengaca pada pengalaman prosesi laut tahun kemarin, dimana terjadi kecelakaan laut yang memakan korban, tahun ini oleh panitia melakukan penertiban. Di antaranya, semua kapal laut yang ikut prosesi bahari didaftar, dan diberikan tanda pengenal dengan memasang bendera kuning pada setiap atap kapal motor. Peziarah didaftar dan diarahkan untuk menumpangi kapal yang layak, Peziarah dikoordinasikan untuk naik kapal motor pada lokasi-lokasi yang aman.
Prosesi Laut di kota Larantuka kali ini, berjalan aman dan lancar. Kapal–kapal yang sudah berada di laut, diatur oleh tim pengaman berjejer dengan rapi. Prosesi dikawal oleh petugas keamanaan dari unit berbagai instansi keamanan, termasuk Orang Muda Katolik (OMK) dan Tim SAR.
Setelah selesai berdoa di Taman doa Kapela Tuan Meninu, pukul 12.00 Wita, para peziarah baik di laut maupun di darat, beriringan pelan mengantar Tuan Meninu (Arca Kanak Yesus), dari Kapela Tuan Meninu menuju ke Pantai Kuce di Pohon Sirih.
Tradisi Prosesi Laut, sudah berlangsung ratusan tahun dan diyakini sebagai sebuah seremoni yang dapat memperbaharui iman kekatolikan akan keyakinan kepada Yesus Kristus dan Bunda Maria. Di sepanjang perjalanan prosesi laut, walau harus melewati arus Selat Gonzalu yang ganas, umat dan peziarah katolik hening dan penuh khusuk, melantunkan doa Bapa Kami, Salam Maria dan menyampaikan ujud–ujud doa mereka.
Urutan prosesi, paling depan sebuah bero (sampan) dengan dua orang pendayung sebagai penujuk jalan, diikuti bero yang memuat arca Kanak Yesus, perahu-perahu kecil, serta kapal motor yang memuat umat dan peziarah berada di bagian paling belakang.
Paling unik
Bukan sombong tetapi, kurang lebih sudah sepuluh tempat peziarah di dunia yang saya ikuti, bagi saya prosesi laut di Larantuka ini paling unik. “Saya sudah berziarah ke Fatima, Lourdes, dan beberapa tempat lainnya di dunia, bagi saya prosesi laut di Larantuka sangat unik,” kesan Chayadi, peziarah dari Bandung.
Chayadi bersama keluarga kurang lebih sudah empat kali mengkuti prosesi laut dan prosesi Jumat Agung di Larantuka. “Saya bersama keluarga tidak bosan-bosan datang ke kota ini untuk mengikuti proses bahari dan prosesi Jumat Agung di Larantuka. Prosesinya luara biasa. Kalau di Lourdes dan Fatima, prosesinya paling hanya seputar Gereja. Di sini umat begitu antusias terlibat dan bergumul dalam doa walau itu d itengah laut,” ungkapnya di sela-sela Prosesi Laut.
Ia juga melakukan dokumentasi untuk kepentingan membuat film dokumenter. Dokumentasi di sebuah media virtual tentang tradisi prosesi bahari ini memang sudah ada, namun penjelasannya kurang lengkap. Bagi saya tradisi prosesi laut di kota ini luar biasa, tinggal saja dikemas lagi untuk menjadi lebih menarik,” katanya.
Kepala Susteran PRR Riangkemie Suster Erna PRR yang ditemui di Pante Kuce sesaat setelah berakhirnya prosesi laut mengatakan, prosesi laut merupakan bagian penting untuk mengenal secara murni tradisi warisan leluhur sebagai bagian dari pembaharuan iman. Mengikuti Proses Laut adalah upaya untuk mendekatkan diri kita pada Tuhan Yesus dan bunda Maria dan bukan sebuah seremoni tanpa makna atau sekedar rekreasi.
”Kongregasi kami, berdiri atas dasar tradisi kristiani di Larantuka. Karenanya, pada setiap tahun, kami wajib mengikuti semua rangkaian Semana Santa, terlebih Prosesi Laut dan Prosesi Jumat Agung malam nanti. Kongregasi kami melibatkan 21 suster,” katanya.
Sumber : www.sesawi.net