| |

Akulah gembala yang baik. (26 April 2015)

Yohanes (10:11-18)

“Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.”
Pada suatu hari Yesus berkata kepada orang-orang Farisi, “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik. Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga; mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala! Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
MENGIKUTI BISIKAN SUARA GEMBALA BAIK
Yesus mengibaratkan diri sebagai gembala bagi kawanan domba-Nya. Namun, bagaimana orang yang lahir dan besar di tengah kota besar, bisa mengerti bahwa tokoh panutannya ialah gembala?
Mari sejenak kita menerawang kehidupan gembala di Palestina. Gembala di Palestina sangat berbeda dengan gembala di negeri kita. Di negeri kita kambing atau domba dipelihara atau digembalakan dengan tujuan pada usia atau bobot tertentu kambing atau domba itu dapat dijual atau dipotong, dikonsumsi dagingnya. Di Palestina umumnya domba dipelihara untuk diambil bulu atau susunya. Maka, domba-domba itu akan hidup lama dengan si gembalanya, karena ia tidak disembelih. Di sanalah terjadi hubungan yang akrab antara gembala dan domba-dombanya. Seringkali si gembala memberi nama kepada masing-masing dombanya, entah itu Si Coklat, Si Belang dan sebagainya. Sang gembala akan menjaga kawanan domba itu siang dan malam dari pelbagai ancaman baik perampok atau binatang buas. Ia akan mempertaruhkan nyawanya demi tugasnya itu.
Yesus mengklaim diri sebagai gembala (Yoh 10:11-18), karena analogi seorang gembala sangat pas dengan diri-Nya. Gembala adalah personifikasi diri yang menggambarkan kepemimpinan yang memelihara, melindungi dan sekaligus berkorban bagi pengikut-Nya. Yesus telah paripurna mengemban tugas yang tidak mudah itu. Bahkan Ia menyerahkan nyawa-Nya sendiri untuk domba-domba-Nya, dalam hal ini umat manusia. Jika kita memakai gambaran gembala di Palestina, hubungan timbal balik antara gembala dan domba akan berhasil dengan baik asalkan masing-masing pihak menjalankan fungsinya secara tepat dan benar. Fungsi gembala dalam hal ini memimpin, mengarahkan, memelihara, mengayomi dan melindungi (bdk. Mzm 23, Yoh 10:1-5).
Sedangkan sebagai domba, ia harus taat kepada sang gembala. Domba harus melakukan petunjuk dan arahan dari gembalanya. Ia harus mempercayakan dirinya pada sang gembala jika mau aman dan sejahtera. Yesus mengingatkan bahwa di sekitar kita ada banyak suara-suara lain yang mencoba menirukan suara-Nya. Mungkin saja suara itu menjanjikan kenyamanan, kenikmatan dan prestasi yang gemilang. Namun kita tidak bisa menjamin apakah hal itu nantinya untuk kebaikan kita? Atau kita sedang dibujuk rayu supaya mengikuti suaranya dengan maksud mencelakakan dan menjerumuskan kita.
Suara-suara itu seolah benar merupakan solusi bagi masalah yang membelenggu kita. Sebagai domba, kita sering dihadapkan pada situasi seperti itu. Namun domba yang baik pasti akan bisa membedakan mana suara gembalanya dan mana yang bukan. Dari mana kita dapat membedakan suara gembala yang asli dan yang bukan? Tidak lain dengan kepekaan diri. Kepekaan itu dapat diasah manakala kita mau selalu akrab bergaul dengan Sang Gembala itu melalui firman-Nya. Suara gembala itu akan jelas terdengar dalam nurani kita. Ia mengingatkan kita akan segala sesuatu yang pernah dikatakan Sang Gembala. Melenceng sedikit saja dari apa yang diajarkan-Nya pasti membuat kita tidak sejahtera.
Betapa pun sulit dan terjalnya jalan yang kita tempuh, jika kita mendengarkan suara-Nya, pasti kita akan aman dan sejahtera.
Doa
Ya Allah, dalam diri Yesus Kristus, Putra-Mu yang telah wafat dan bangkit, Engkau telah membuka jalan keselamatan bagi kami. Kami mohon, berilah kami keberanian untuk mengikuti jejak-Nya, mencintai sesama secara tulus kendati harus disertai dengan pengorbanan. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Sumber : www.renunganpagi.blogspot.com

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *