| |

Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. (03 Mei 2015)

Yohanes (15:1-8)
“Barangsiapa tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak.”
Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Akulah pokok anggur yang benar, dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya, dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya supaya berbuah lebih banyak. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam aku, ia dibuang ke luar seperti ranting yang menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak, dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
KOMUNITAS PASKAH

Saulus bertobat menjadi murid Kristus dan berani mengajar dalam nama Tuhan Yesus. Pertobatannya dikarenakan ia melihat Tuhan dan Tuhan berbicara dengannya. Berkat Barnabas, Saulus pun diterima dilindungi oleh para murid yang lain (Kis 9: 26-30)
Masa Paskah adalah masa penuh sukacita bagi orang Katolik, karena kita sadar akan rahmat pertobatan dari Tuhan yang menjadikan kita memiliki semangat hidup yang baru. Kita diundang untuk berani bertobat, mengubah haluan hidup agar lebih dekat Tuhan, menjadi murid Tuhan yang setia. Tanda pertama bahwa kita adalah murid Tuhan yaitu bila kita memiliki pengalaman akan Tuhan. Tuhan menyapa kita dengan cara-Nya yang dahsyat. Kita melihat Tuhan lewat pengalaman bersama orang lain maupun pengalaman pribadi yang unik. Tuhan sanggup mengubah keburukan kita menjadi alat pewarta sabda kasih-Nya seperti Paulus yang berani “mengajar dalam nama Tuhan” (ay. 28). Tanda kedua, bila kita berani hidup dalam komunitas agar kelemahan kita dilengkapi dan kekuatan kita bisa membantu saudara yang lain. Saulus tidak merasa sempurna, maka ia “mencoba menggabungkan diri dengan murid-murid Yesus” (ay. 26) dan “tetap bersama-ama dengan mereka di Yerusalem” (ay. 28).
Rahmat Paskah mengajak kita untuk menikmati indahnya hidup dalam suasana damai dan persaudaraan agar kita tidak merasa terasing atau kesepian. Hanya di dalam komunitaslah insan Katolik mengalami lebih nyata “pertolongan dan penghiburan Roh Kudus” (ay. 31).
Di dalam komunitas yang bersemangat Paskah, orang Katolik diajak untuk saling mengasihi ”dengan perbuatan dan dalam kebenaran” (1Yoh 3:18). Roh Kudus yang kita terima lewat Sakramen Pembaptisan dan Krisma juga dihidupi lewat Sakramen Ekaristi dan tobat menjadikan kita sadar bahwa kita berasal dari kebenaran dan dengan hati tenang kita mengahadapi hidup ini sebagai karunia Tuhan. Tuhan tahu apa yang terbaik bagi kita. Ia tidak mungkin mencelakakan kita. Komunitas menjadi tempat kita memperoleh apa yang terbaik dari Tuhan dan “berbuat apa yang berkenan kepada-Nya” (ay. 22). Keluarga, komunitas rohani dan Gereja paroki harus menjadi tempat kita bertumbuh dan berkembang dalam kasih. Kalau tidak, maka kita patut bertanya. “Mengapa saya tidak mengalami kasih di dalamnya? Apakah saya yang tidak berusaha mencari seperti ajakan Yohanes, ataukah komunitas gerejawi yang kurang menyapa dan mempersatukan?”
Gereja Katolik harus menjadi komunitas Paskah yang menjadikan Tuhan Yesus sebagai pokok anggur yang benar dan Bapa di surga sebagai pengusahanya. Dengan cara seperti ini, kita akan terhindar dari pembentukan sekte yang mengkultuskan individu sebagai Allah. Tidak seorang pun dalam Gereja Katolik boleh menganggap diri lebih daripada Yesus atau bahkan menjadikan dirinya sebagai pusat pemujaan. Yesus bersabda, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya” (Yoh 15:5). Kita selamanya adalah ranting ciptaan-Nya. Insan Katolik harus menjadi Saulus baru yang penuh semangat kasih, ranting yang selalu dibersihkan dan berbuah banyak karena Yesus Sang Kasih tinggal di dalam hati kita dan kita tinggal di dalam Sabda Kebenaran-Nya.
Doa
Allah Bapa Yang Maha Pengasih, dalam diri Yesus Kristus, Putra-Mu, Engkau telah mencurahkan cinta kasih-Mu sampai sehabis-habisnya kepada kami. Kami mohon, semoga karena cinta kasih-Mu itu, kami semakin menaruh kepercayaan kepada-Mu dan hidup saling mengasihi satu sama lain. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Sumber : www.renunganpagi.blogspot.com

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *