Allah adalah Kasih
Suatu hari, dua orang sahabat membeli buku dan majalah. Penjualnya ternyata melayani dengan buruk. Mukanya pun cemberut. Orang pertama jelas jengkel menerima layanan seperti itu. Yang mengherankan, orang kedua tetap enjoy, bahkan bersikap sopan kepada penjual itu. Orang pertama bertanya kepada, “Kenapa kamu bersikap sopan kepada penjual yang menyebalkan itu?” Sahabatnya menjawab, “Lho, kenapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak? Kitalah penentu atas kehidupan kita, bukan orang lain.” “Tapi dia melayani kita dengan buruk sekali,” bantah orang pertama. “Ya, itu masalah dia. Dia mau bad mood, melayani dengan buruk, itu tak ada kaitannya dengan kita. Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup kita. Kitalah yg bertanggung jawab atas diri sendiri.”
Saudari/a terkasih, tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi. Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi. Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba-tiba jadi sedemikian pelit kalau harus berurusan dengan orang itu.
Mengapa tindakan kita harus dipengaruhi oleh orang lain? Mengapa untuk berbuat baik saja, kita harus menunggu diperlakukan dg baik oleh orang lain dulu? Jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita menentukan cara kita bertindak! Pilih utk tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik.
Ingatlah: “Pemenang kehidupan” adalah orang yg tetap sejuk di tempat panas; tetap manis di tempat pahit; tetap merasa kecil meskipun sdh menjadi besar, serta tetap tenang di tengah badai yg paling hebat. Tetaplah menyatu dlm Kristus agar mjd pemenang-pemenang kehidupan sejati. *d2t