“Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”(18 Mei 2015)
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Sabda Tuhan ini mengandung paradoks. Bagaimana mungkin, setelah Ia mengatakan bahwa para murid akan mengalami penganiayaan dan diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri, kemudian menegaskan bahwa semua itu dikatakannya agar mereka beroleh damai sejahtera. Mungkinkah dalam derita kita bisa menemukan damai sejahtera? Kalau Yesus sendiri mengatakan demikian, tentu sangat mungkin. Dia sendiri telah mengalami penderitaan yang luar biasa, dan dari penderitaan itu memang kemudian lahir damai sejahtera, syaloom, selamat bagi kita semua. Para murid dan tokoh-rokoh Gereja pada abad-abad awal pun demikian: karena dianiaya dan dikejar-kejar, mereka harus melarikan diri dan tersebar di berbagai tempat. Namun, justru di tempat-tempat, di mana mereka melarikan diri itulah, mereka mewartakan Injil dan bersaksi akan Kristus sehingga semakin banyak orang yang percaya dan menjadi pengikut-Nya. Bagi kita, ada macam-macam derita: ada derita yang harus kita tanggung begitu saja; ada derita yang kita alami sebagai konsekuensi atas pengorbanan sebagai wujud kasih kita kepada Tuhan dan sesama; ada pula derita yang sengaja kita tempuh demi peningkatan kualitas hidup kita. Semuanya itu akan membuahkan damai sejahtera dalam Tuhan kalau kita menghadapi dan menanggungnya dengan penuh penyerahan, pengharapan dan kasih.
Allah Bapa Mahakudus, semoga kekuatan Roh-Mu turun, agar kami mematuhi kehendak-Mu dengan setia dan mengamalkannya dalam cara hidup kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.