Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. (13 Juli 2015)
Pada suatu hari Yesus bersabda kepada keduabelas murid-Nya, “Jangan kalian menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi. Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah seisi rumahnya. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Dan barangsiapa mengasihi puteranya atau puterinya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya demi Aku, ia akan memperoleh kembali. Barangsiapa menyambut kalian, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang yang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu, sungguh ia takkan kehilangan upahnya.” Setelah Yesus selesai mengajar keduabelas rasul-Nya, Ia pergi dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Yesus berkata, “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.” Apakah Yesus antikeluarga? Tidak. Dalam Mat 15:4-6 Yesus menjunjung tinggi hormat akan bapa dan ibu. Lalu mengapa Yesus berkata begitu, bahkan dalam Luk 14:26 dipakai kata “membenci?” Yesus menegaskan pentingnya mengutamakan Kerajaan Allah dan mau mendobrak keterikatan berlebihan orang-orang Yahudi terhadap keluarganya. Yesus harus dinomorsatukan, sebab siapa pun yang tidak memprioritaskan-Nya ia tidak akan mampu mengikuti-Nya. Karena itu, barangsiapa mengasihi bapa, ibu, anak laki-laki, dan anak perempuannya lebih dari pada-Nya, ia tidak layak menjadi murid-Nya. Bahkan, Yesus menuntut: “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” Memikul salib yang langsung dikaitkan dengan mengikuti-Nya berarti menyangkal diri secara total hingga siap mati demi Yesus. Karena itu, Ia berkata, “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” Kata nyawa punya dua arti, yaitu “hidup fisik” dan “hidup sejati”. Maka barangsiapa mengorbankan hidup fisiknya akan memperoleh hidup sejati, tetapi pengorbanan hidup itu harus karena Yesus saja atau karena Allah yang menyatakan diri-Nya dalam Yesus.
Hanya orang-orang yang mau menyangkal diri dan mengorbankan hidupnya itulah yang berhak memperoleh upah yang Yesus janjikan. Sebagai pengikut Kristus, sudah seharusnya kita tidak berkhianat meski penderitaan menimpa kita. Kita harus selalu siap memanggul salib dan mengikuti Yesus.
Allah Bapa Mahakuasa dan kekal, perkenankanlah kami mengenal suara Sabda-Mu dan selanjutnya menyesuaikan suara kami dengan suara Sabda itu, ialah Yesus Kristus Putra-Mu. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.