Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati; perintah Tuhan itu murni, membuat mata bercahaya. (Jumat, 24 Juli 2015)
Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Dengarkanlah arti perumpamaan tentang penabur. “Setiap orang yang mendengar sabda tentang Kerajaan Surga dan tidak mengerti, akan didatangi si jahat, yang akan merampas apa yang ditaburkan dalam hatinya. Itulah benih yang jatuh di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah berbatu-batu ialah orang yang mendengar sabda itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi, ia tidak berakar dan hanya tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena sabda itu, orang itu pun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar sabda itu, lalu sabda itu terhimpit oleh kekuatiran dunia dan tipu daya kekayaan, sehingga tidak berbuah. Sedangkan yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengarkan sabda itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah ada yang seratus, ada yang enam puluh, dan ada yang tiga puluh ganda.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
Renungan
Seandainya kita boleh memilih jenis tanah untuk ditanami tetumbuhan, jenis tanah manakah yang kita inginkan? Tentu kita akan memilih tanah yang subur sehingga benih yang kita tanam jugalah yang Tuhan harapkan dari kita. Tuhan juga berharap mendapatkan tanah yang subur sehingga firman dapat bertumbuh dan menghasilkan banyak buah.
Tanah dalam perumpamaan Injil hari ini adalah hati kita. Kita memberi hati kepada Tuhan untuk ditaburi firman-Nya. Mungkin kita mendengar Injil setiap hari, atau membaca Alkitab setiap hari, tetapi mengapa hal itu seolah tidak banyak mengubah kita? Kita perlu melihat kembali tanah hati kita. Sudahkah kita berusaha mengolahnya demi Tuhan? St. Teresia dari Avila memberi bantuan besar dalam usaha untuk mengolah tanah hati kita. Ia berkata, “Seorang yang baru mulai dalam hidup rohani harus membayangkan dirinya mau membuat kebun untuk menyenangkan Tuhan. Tetapi, tanah yang dimilikinya sangat tidak subur dan ada banyak ilalang. Tuhan membantu mencabuti ilalang itu dan mengolah tanah sehingga tanah menjadi subur.”
Usaha untuk mengubah tanah yang tidak subur menjadi subur pertama-tama adalah anugerah Tuhan. Tuhan memberi rahmat pada mereka yang sungguh-sungguh ingin bertobat dan kembali kepada-Nya. Tetapi, langkah selanjutnya adalah ketekunan kita. Setelah tanah menjadi subur, kita perlu menjaganya. St. Teresia mengatakan bahwa usaha untuk menjaga kesuburan tanah hati ini adalah lewat doa dan renungan. Suatu doa serius perlu disertai renungan, yaitu menyadari dengan siapa dirinya berbicara. “Jika seorang berbicara kepada Tuhan sama seperti dia berbicara dengan pelayannya, hal ini tidak dapat kusebut doa,” kata Sta. Teresia.
Tuhan selalu memulai segala yang baik dalam hidup kita, termasuk mengubah tanah hati kita. Selanjutnya, kita diminta untuk menjaganya lewat doa. Tiada kemajuan rohani dapat diperoleh tanpa berdoa. Tekunlah berdoa dan sadarilah dengan siapa kita berbicara, maka bukan saja tanah hati kita berubah menjadi subur, tetapi Tuhan sendiri akan bersukacita karena melihat tanah itu telah berubah menjadi taman yang indah. Maukah kita mengolah tanah hati untuk Tuhan?
Allah Bapa Sumber Kebenaran, Sabda-Mu jujur dan benar untuk selamanya. Semoga Kautanam dalam-dalam di hati kami, agar kami semakin yakin, bahwa Engkau beserta kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.