Kemuliaan Yesus dalam Doa-Nya
Minggu, 21 Februari 2016
Minggu Prapaskah II
Kej 15:5-12.17-18; Mzm 27:1.7-8.9abc.13-14; Flp 3:17-4:1; Luk 9:28b-36
… Ketika Yesus sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah. … dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan…
INJIL hari ini menyatakan kepada kita tentang Yesus yang berubah wajah-Nya penuh dengan kemuliaan dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. Menurut St. Lukas sebagaimana kita baca hari ini, Yesus berubah dalam kemuliaan itu saat Ia sedang berdoa. Pada waktu itu juga, hadir Musa dan Elia yang berbicara dengan Dia tentang perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Itu berarti bahwa mereka bicara tentang pengkhianatan, penolakan dan penyaliban yang akan dialami-Nya.
Dalam Injil hari ini, St. Lukas hendak menunjukkan betapa penting doa itu, bahkan Yesus sendiri berdoa. Kita ingat, bacaan Injil minggu lalu, kita berjumpa pula dengan Yesus yang pergi ke padang gurun untuk berdoa. Dan dalam Injil hari ini, Yesus pergi ke gunung untuk berdoa pula.
Para sahabatku yang terkasih, Yesus Kristus adalah Putra Allah yang menjadi manusia. Tentu, Ia sempurna, tanpa dosa, tanpa dikuasai kecenderungan atas kepentingan diri sendiri, tanpa kemalasan, maupun kesombongan. Namun demikian Ia selalu mencari tempat yang sunyi untuk berdoa sendiri.
Dalam Injil kita baca tentang bagaimana Yesus bangun pagi-pagi benar untuk berdoa. Di lain kesempatan, Ia berdoa pada waktu malam. Ia selalu berdoa dengan penuh kasih.
Kita tahu bahwa ternyata Yesus pun membutuhkan selalu kesempatan untuk berdoa. Jika Yesus, Putra Allah, yang sempurna dalam segalanya, perlu untuk berdoa, betapa kita pun yang tidak sempurna, begitu lemah, rapuh terhadap setiap cobaan dan mudah terluka oleh dosa, apa yang bisa kita lakukan? Jika Yesus saja butuh berdoa, apalagi kita. Kita lebih lagi perlu berdoa bersama-Nya.
Dalam doa-Nya Yesus berubah rupa dalam kemuliaan-Nya. Wajah-Nya bercahaya, pakaian-Nya putih berkilau-kilauan.
Di sini, saya ingat pengalaman Musa seperti dicatat dalam Kitab Keluaran 34:29. Saat Musa berjumpa dengan Allah dalam doanya di Gunung Sinai wajahnya bercahaya karena ia berbicara dengan Allah. Dan dalam suratnya kepada umat di Korintus St. Paulus mengatakan bahwa orang-orang Israel bahkan tidak tahan memandang wajah Musa karena cahaya yang dipancarkannya (2Kor 3:7).
Dalam Adorasi Ekaristi Abadi kita menyembah Yesus Kristus yang berkenan membagikan kemuliaan-Nya kepada kita. Kita belajar mengikuti-Nya, menaati sabda-Nya dan turut menempuh langkah yang ditentukan bagi kita; hingga kita boleh mengalami kemuliaan-Nya dan menerima berkat yang berlimpah dari Bapa.
Tuhan Yesus Kristus, tak satu pun yang dapat mendekatkan kami dengan Dikau selain dengan berjalan bersama-Mu dan melakukan hal-hal yang telah Kau lakukan demi kasih kepada Allah Bapa. Engkau mengundang kami untuk memurnikan hati dan budi kami dan berbalik kepada-Mu. Anugerahilah kami rahmat untuk mengisi masa Prapaskah ini dengan penuh semangat dan kasih dan berdoa. Bantulah kami menghidupinya dengan gembira, kini dan selamanya. Amin.
Sumber : www.sesawi.net