Belajar Setia daripada Berkhianat
Rabu, 23 Maret 2016
Pekan Suci
Yes 50:4-9a; Mzm 69:8-10.21-22.31.33-34; Mat 26:14-25
Ketika mereka sedang makan, Ia berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya, “Bukan aku, ya Tuhan?” … Yudas, yang hendak menyerahkan Yesus itu menyahut, “Bukan aku, ya Rabi?”
DALAM Injil hari ini, kita baca, Yesus bersabda kepada para murid-Nya bahwa akan ada yang mengkhianati Dia. Mendengar itu, dengan sedih para murid bertanya kepada-Nya, “Bukan aku, ya Tuhan?” Juga Yudas yang hendak menyerahkan Yesus itu menyahut, “Bukan aku, ya Rabi?”
Kita lihat di sini beda antara para murid yang lain dan Yudas. Para murid lain dengan sedih bertanya dan memanggil Yesus “Tuhan” sementara Yudas menyebut-Nya “Guru”.
Sebenarnya Yudas memiliki apa saja yang diperlukan untuk menjadi rasul yang besar seperti para murud lain. Ia memiliki hati yang baik yang menjadi alasan Yesus memanggil dan memilihnya menjadi murid-Nya. Yesus tidak pernah menakdirkan kegagalan bagi seseorang. Sayangnya, ia tidak berhasil mempertahankan persahabatan dirinya dengan Yesus.
Yesus memberinya kesempatan untuk pergi dan menjadi orang baik (cfr. Yoh 6:67). Namun ia tetap dalam kepalsuan dan pengkhianatannya.
Dalam Adorasi Ekaristi Abadi sementara menyembah Yesus Kristus kita menyadari bahwa iman kita merupakan anugerah terindah yang kita terima dari Allah. Maka di sana kita menjaga dan merawat iman kita hingga agar bertumbuh dan lebih tangguh.
Tuhan Yesus Kristus kami menyadari bahwa kami bisa saja lambat laun menjadi seorang Yudas dengan menyerah pada hal-hal kecil hingga yang lebih besar. Kami sering mengkhianati-Mu, bahkan dalam hal-hal kecil, seperti kurang bersyukur. Takut menyatakan diri sebagai orang Katolik secara publik. Bantulah kami memiliki keberanian untuk hidup dalam iman teguh kini dan selamanya. Amin.
Sumber : www.sesawi.net