Jangan Menangis Yesus Mengubah Maut Menjadi Hidup
Minggu, 5 Juni 2016
Minggu Biasa X
1Raj 17:17-24; Mzm 30:2.4.5-6.11.12a.13b; Gal 1:11-19; Luk 7:11-17
Melihat janda itu, tergeraklah hati tuhan oleh belas kasihan. Lalu Tuhan berkata kepadanya, “Jangan menangis!” Dihampiri-Nya usungan jenazah itu dan disentuh-Nya. Maka para pengusung berhenti. Tuhan berkata, “Hai Pemuda, Aku berkata kepadamu: Bangkitlah!” Maka bangunlah pemuda itu, duduk dan mulai berbicara. Lalu Yesus menyerahkannya kepada ibunya.
DALAM Injil hari ini kita berjumpa dengan Tuhan Yesus Kristus yang menganugerahkan harapan baru dan sukacita kepada janda dari Nain. Ia kehilangan anak tunggal yang mati dan yang diusung ke pemakaman.
Mari sebentar kita simak prosesi pemakaman menurut tradisi Israel kuno. Prosesi itu biasanya dipimpin oleh para penduka profesional. Mereka meniup seruling dan memukul simbal dan membangun suasana duka dengan tangisan.
Dalam situasi ini, Yesus Kristus menunjukkan hati-Nya yang penuh kerahiman kepada janda yang berduka, sedih dan cemas itu. St. Lukas menyampaikan kepada kita bahwa ketika Yesus Kristus melihat dia, hati-Nya tergerak oleh belas kasihan padanya dan berkata, “Jangan menangis!”
St. Lukas juga menyampaikan kepada kita bahwa Yesus mendekati peti jenazah dan menjamah jenazah pemuda itu. Ia tidak takut pada kematian. Ia tidak takut pada dosa, justru menghancurnya. Lalu Ia berkata, “Hai pemuda, Aku berkata kepadamu: Bangkitlah!” Maka bangunlah pemuda itu, duduk dan mulai berbicara dan menyerahkan dia pada ibunya.
Orang yang mati itu adalah anak tunggal. Ia bertanggung jawab untuk menjaga masa tua ibunya. Maka dapat kita bayangkan betapa janda itu tak hanya kehilangan anaknya tapi juga jaminan masa depannya. Tentu hatinya sangat berduka dan cemas.
Tuhan Yesus tergerak hati-Nya oleh belas kasihan pada janda itu. Artinya, kedalaman hati dan jiwa-Nya tergerak dan teraduk-aduk oleh kasih kerahiman mendalam.
Apa yang dapat kita renungkan dari Injil hari ini? Pertama, Yesus Kristus masuk dalam setiap situasi kehidupan kita. Ia berkenan hadir dengan kasih dan kuasa-Nya. Kerahiman-Nya menyentuh hati dan jiwa kita serta menyembukannya.
Kedua, Yesus memiliki daya kuasa untuk membangkitkan orang mati. Ia memiliki kuasa memberi kita sukacita dan damai asal kita mengijinkan Dia mendekati kita.
Ketiga, ada begitu banyak alasan bagi kita untuk putus asa. Kita mempunyai begitu banyak kesulitan dalam hidup kita yang tanpa solusi. Namun Yesus menawarkan perspektif yang berbeda, “Jangan menangis!”
Keempat, kita tak perlu meratapi ketidakberdayaan manusiawi yang tragis. Itu tak perlu melukai kita. Justru iti memberi kesempatan pada kita untuk mengalami kebaikan, kasih dan kerahiman Tuhan. Kasih kerahiman Tuhan tak terbatas membebaskan kita dari ketakberdayaan dan keterbatasan manusiawi kita.
Dalam Adorasi Ekaristi Abadi, kita menyembah Yesus Kristus yang memberi kita harapan dan sukacita yang baru dalam keputusasaan kita. Kita berharap dalam kebaikan-Nya pada kita dan kasih kita kepada orang-orang yang kita kasihi.
Tuhan Yesus Kristus, dengan segenap hati dan jiwa kami ingin taat dalam pengharapan pada-Mu. Hidup kami ada di tangan-Mu. Bantulah kami menaruh seluruh harapan pada kebangkitan-Mu sebagaimana kami persembahkan beban hidup kami tiap hari kini dan selamanya. Amin.
Sumber : www.sesawi.net