Imanmu telah Menyelamatkan Engkau!
Ada ungkapan dlm bahasa Jawa: “Aja cerak kebo gupak!” Artinya, orang diajak untuk tidak mendekat bahkan menjadi sahabat bagi mereka yang dianggap sebagai pendosa/para pelaku kejahatan. Mengapa? Karena nanti kita bisa tertular oleh perilaku mereka yang tidak baik. Mungkin di satu sisi petuah itu baik tetapi di sisi lain, kita diajak untuk tidak hanya menjauhi tetapi justru mengasihi agar para pendosa itu bertobat. Itulah yg ditunjukkan Tuhan Yesus kepada kita hari ini dalam Injil Suci. Tindakan Yesus sungguh membuat orang-orang kaget dan menghujat-Nya karena menerima perempuan pendosa yang mengurapi kaki-Nya bahkan meminyaki dengan minyak wangi. Padahal adat Yahudi jelas melarang para pendosa bergaul dengan mereka yang bukan pendosa. Yesus justru membuka mata hati dan budi orang-orang itu bahwa jauh lebih jahatlah bila kita mengucilkan, mendiskriminasi, menggosipkan terus menerus atau malah diam karena tidak mau direpotkan dan tidak menegur dalam kasih persaudaraan agar bertobat. Mari kita bertanya diri: Apakah aku bersikap seperti para Farisi yg merasa suci ataukah telah berbuat seperti Yesus yang tulus mengasihi? Jangan-jangan kita sendiri yang terbilang sebagai kebo gupak!***
“Janganlah menertawakan Injil dan mengatakan tidak ada setan. Kejahatan terlalu nyata dalam dunia ini untuk dapat berkata demikian. Janganlah katakan bahwa gagasan mengenai setan sudah mati atau sudah basi. Setan tidak pernah menarik begitu banyak pengikut seperti ketika, dalam kelicikannya, ia menyebarkan isu bahwa ia telah lama mati. Janganlah menolak Injil karena di sana dikatakan bahwa Juruselamat dicobai. Setan senantiasa mencobai orang-orang yang murni hatinya – sebab mereka yang lain telah menjadi miliknya. Setan menempatkan lebih banyak iblis dalam tembok-tembok biara daripada di sarang-sarang penjahat, sebab yang terakhir tidak mengadakan perlawanan. Janganlah katakan mustahil setan menampilkan diri di hadapan Tuhan kita, sebab setan senantiasa datang dekat pada yang saleh dan teguh – oleh sebab yang lainnya telah kalah di kejauhan.” (Uskup Agung Fulton Sheen)