| |

Bersehati dengan Yesus

Mengenal, mencintai dan mengikuti dalam segala situasi. Itulah yang oleh Tuhan Yesus ditegaskan kepada para murid-Nya. Yesus bertanya sejauh mana para murid telah mengenal-Nya dan ternyata beragam jawaban diungkapkan. Parahnya lagi, mereka  justru memberikan jawaban seperti orang-orang pada umumnya padahal mereka selalu bersama Yesus. Hanya Petrus yang menjawab dengan benar tetapi dengan cepat Yesus melarang untuk mengatakan kepada siapa pun. Ini menjadi permenungan bagi kita: Sejauh mana aku telah mengenal Yesus dalam pengalaman pribadiku? Dengan mengenal sungguh, maka kita juga akan mencintai-Nya secara total sehingga dalam segala situasi, kita selalu setia mengikut Yesus. Kita ikut Yesus jangan hanya saat kemuliaan-Nya tetapi juga dalam penderitaan-Nya. Oleh karena itu, devosi Jalan Salib Kristus menjadi bagian utuh dalam peziarahan kita sebagai umat Katolik karena Yesus menderita dan memanggul salib demi menebus dosa-dosa kita; dengan bilur-bilur-Nya kita pun disembuhkan. Dengan kata lain, kita diajak untuk bersehati dengan Yesus, berani dan gembira memanggul salib serta menyangkal diri (tdk bersikap egois). Beranikah aku bersetia dalam Yesus? Maukah aku untuk bersehati dengan Yesus?***d2t

Mengasihi Sesama

Mengasihi sesama adlh kekuatan rohani yg mempermudah mempermudah perjumpaan penuh dg Allah; sesungguhnya orang yg tidak mengasihi sesamanya “berada di dalam kegelapan” (1 Yoh 2:11), “tetap di dalam maut” (1 Yoh 3:14) dan “tidak mengenal Allah” (1 Yoh 4:8) – Paus Fransiskus, Seruan Apostolik Evangelii Gaudium, No. 272

Apa itu dosa berat? Pernahkah kamu kehilangan seorang sahabat karena kamu mengatakan atau melakukan sesuatu yang melukai hatinya? Atau pernahkah kamu meninggalkan seorang sahabat yang membuatmu marah? Tiba-tiba saja sahabatmu itu tidak lagi menjadi bagian hidupmu. Tidak seorang pun yang akan menghukummu atas hilangnya sahabatmu itu, tetapi kehilangan sahabat itu sendiri sudah merupakan suatu hukuman bagimu. Begitulah gambaran dosa berat itu. Kita meninggalkan Tuhan atau kita memaksa Tuhan pergi dari kehidupan kita. Kita menciptakan neraka bagi diri kita sendiri karena kita memisahkan diri dari seorang sahabat terbaik yang pernah kita miliki. Katamu kamu tidak membutuhkan Tuhan? Sayang sekali, mungkin kamu tidak pernah mengenal seorang sahabat sejati.

 Sumber: P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *