Sabda Hidup: Selasa, 28 Juni 2016
Peringatan Wajib St. Ireneus
warna liturgi Merah
Bacaan
Am. 3:1-8; 4:11-12; Mzm. 5:5-6,7,8; Mat. 8:23-27.BcO Neh. 7:72b – 8:18
Bacaan Injil: Mat. 8:23-27.
23 Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nyapun mengikuti-Nya. 24 Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur. 25 Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: “Tuhan, tolonglah, kita binasa.” 26 Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?” Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. 27 Dan heranlah orang-orang itu, katanya: “Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?”
Renungan:
KETIKA terjadi bencana umumnya kondisi akan tampak ruwet. Setiap pribadi berada dalam kondisi panik dan berusaha untuk melepaskan diri dari bahaya yang mengancam. Sangat sedikit orang yang tenang dan mampu menahan diri dari situasi panik.
Para murid pun mengalami gelisah dan panik ketika badai mengancam perahu mereka. Mereka berjuang keras untuk menghindarkan diri dari bahaya yang lebih besar. Di saat seperti itu Yesus malah tidur. Ia bisa tenang dan ayem. Kala bangun ia pun mampu meredakan badai tersebut.
Saya jadi teringat ungkapan “sing ayem bae” (tenang saja). Ungkapan itu sering muncul kala ditemui orang-orang yang resah dan gelisah. Ketenangan, ayem, memungkinkan kita melihat sesuatu dengan lebih jernih. Kita pun akan lebih mudah menemukan jalan keluar. Maka belajar dari Tuhan kita bisa membangun ketenangan dalam diri kita, terutama ketika sekitar kita mengalami kepanikan.
Kontemplasi:
Pejamkan matamu. Bayangkan kisah dalam Injil Mat. 8:23-27. Bandingkan dengan pangalaman hidupmu.
Refleksi:
Bagaimana menjaga ketenangan di kala berada dalam situasi panik.
Doa:
Ya Tuhan jagailah ketenangan dalam diriku supaya aku bisa menjaga mereka yang berada dalam kepanikan. Amin.
Perutusan:
Aku tidak akan panik dan gelisah.. -nasp-
Sumber : www.sesawi.net