Damai Palsu Versus Damai Sejati
Senin, 11 Juli 2016
Pekan Biasa XV
PW S. Benediktus, Abas
Yes 1:11-17; Mzm 50:8-9.16bc-17. 21.23; Mat 10:34-11:1
Pada suatu hari Yesus bersabda kepada kedua-belas murid-Nya, “Jangan kalian menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi. Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.”
BUKAN damai tetapi pedang! Wow! Apa maksud sabda ini bagi kita kini? Tentu, itu berarti bahwa Yesus tidak membawa damai palsu, bahkan damai yang melukai tapi damai sejati!
Dengan cara ini Yesus menunjukkan bahwa Ia tidak memanggil kita kasih Allah yang menyingkirkan sesama. Damai sejati itu bersifat inklusif tidak eksklusif, membangun bukan merusak.
Juga hari ini, beberapa orang masih berpikir tentang damai palsu! Itu damai yang egois dan meninabobokan kita dan justru membuat kita kehilangan Allah, iman, kasih dan harapan. Yesus Kristus menginterupsi damai palsu. Ia hendak menyadarkan kita pada bahaya damai palsu yang membutakan kita.
Kita butuh pedang iman, harapan dan kasih untuk memangkas dan memurnikan damai palsu dalam hidup kita. Pedang itu menyingkirkan segala yang berlawanan dengan kebaikan Allah dan damai sejati yang membawa kita pada kepenuhan hidup dan kebahagiaan. Itu hanya datang dari Allah saja.
Dalam Adorasi Ekaristi Abadi kita menyembah Yesus Kristus yang menghendaki kita mengasihi Allah bukan karena Ia memerlukan kasih kita melainkan karena kita membutuhkan Dia. Ia mengundang kita menyelaraskan standar hidup kita dari melulu alami dan sementara menjadi damai sejati yang ilahi dan abadi.
Tuhan Yesus Kristus mengikuti menuntut segalanya dari kami. Bantulah kami tinggal dekat pada-Mu dalam doa dan Sakramen-Sakramen sehingga kami dapat hidup selaras dengan ukuran-Mu yakni kasih yang murah hati. Semoga kami membawa damai sejati dalam hidup kami selamanya. Amin.
Sumber : www.sesawi.net