Senin, 19 Desember 2016
Hari Biasa Khusus Adven – Novena Natal Hari Keempat
“Manusia harus tinggal di dalam cinta Tuhan, menyerahkan diri dan bersyukur. Kalau ia melakukan ini, ia akan menerima kemuliaan besar Allah, dan terus bertumbuh sampai menjadi seperti Dia, yang mati untuknya.” (St. Ireneus)
Apabila digabungkan ke dalam perayaan Ekaristi maka sesudah Kata Pembuka oleh Imam, lalu dinyanyikan Ajakan Penantian Almasih, Madah, Mazmur dan Kidung, lalu Doa Pembuka, dan masuk ke Liturgi Sabda dari buku bacaan Misa hari yang bersangkutan. Doa Umat memakai Doa Permohonan (tanpa Bapa Kami). Sesudah Komuni dinyanyikan Kidung Maria. Selain dari itu mengikuti Buku Misa hari yang bersangkutan. Praktisnya Ritus Tobat dihilangkan sebab sudah diganti oleh Ajakan Penantian Almasih, Madah dan Mazmur – Kidung. Kalau dengan Misa, (pembuka: Ya Allah, bersegeralah…) ditiadakan, diganti Antifon Pembuka.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (1:5-25)
“Kelahiran Yohanes Pembaptis diberitahukan oleh Gabriel.”

Di zaman Herodes, raja Yudea, hiduplah seorang imam bernama Zakharia, dari kalangan imam Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet. Keduanya hidup benar di hadapan Allah, dan hidup menurut segala perintah serta ketetapan dengan tidak bercacat. Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet itu mandul, dan keduanya telah lanjut usia. Sekali peristiwa, waktu tiba giliran kelompoknya, Zakharia melakukan tugas sebagai imam di hadapan Allah. Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Allah dan membakar ukupan di situ. Pada saat pembakaran ukupan itu seluruh umat berkumpul di luar dan sembahyang. Maka tampaklah kepada Zakharia seorang malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan. Melihat kejadian itu Zakharia terkejut dan menjadi takut. Tetapi malaikat itu berkata kepadanya, “Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan; Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu, dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya. Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan, dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras; ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya; ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati para bapa berbalik kepada anak-anaknya, dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar. Dengan demikian ia menyiapkan suatu umat yang layak bagi Tuhan.” Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu, “Bagaimanakah aku tahu bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua, dan isteriku pun sudah lanjut umurnya.” Jawab malaikat itu kepadanya, “Akulah Gabriel yang melayani Allah. Aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu. Sesungguhnya, engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai pada hari semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang pada waktunya akan terbukti kebenarannya.” Sementara itu orang banyak menanti-nantikan Zakharia. Mereka begitu heran bahwa ia begitu lama berada dalam Bait Suci. Ketika ia keluar dan tidak dapat berkata-kata kepada mereka, mengertilah mereka bahwa ia telah melihat suatu penglihatan di dalam Bait Suci. Lalu Zakharia memberi isyarat kepada mereka, sebab ia tetap bisu. Ketika selesai masa tugasnya, ia pulang ke rumah. Tak lama kemudian mengandunglah Elisabet, isterinya, dan selama lima bulan ia tidak menampakkan diri. Katanya, “Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku! Sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Kamar yang saya tempati sekarang ini memiliki dua jendela. Satu jendela tidak pernah saya buka. Tetapi satu jendela lagi hampir setiap hari saya buka. Saya ingin sirkulasi di kamar saya baik. Udaranya tidak pengap, karena menurut saya kamar yang sehat adalah kamar yang memiliki jendela untuk terjadinya sirkulasi udara. Selain itu, fungsi jendela juga untuk memasukkan cahaya matahari agar dapat mematikan kuman-kuman yang mungkin ada di dalam kamar saya. Pada malam hari jendela kamar saya selalu ditutup untuk menghindari udara malam yang tidak baik bagi kesehatan.
Bagaikan jendela, hati juga demikian. Hati adalah jendela kehidupan rohani kita sebagai umat Tuhan. Sebagai jendela kehidupan, hati kita hendaknya selalu terbuka untuk mempersilakan masuknya Roh Kudus. Hati inilah yang dimiliki oleh Elisabet istri Zakharia. Elisabet, meskipun dia tahu dirinya mandu, tidak menangis. Dia tidak mempersalahkan Tuhan dan orang lain. Elisabet bukan orang penggerut. Sebagai istri yang mandul, Elisabet mempertaruhkan masalah hidupnya kepada Tuhan sambil tetap setia mendampingi dan menemani sang suami menjalankan tugas-tugas imamatnya. Penderitaan yang Elisabet tanggung karena ejekan dan hinaan sangat berat, tetapi dia tidak bertindak bejat. Elisabet berusaha tetap hidup sebagai mempelai perempuan yang bijaksana dan taat beribadah. “Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat.” (Luk 1:6). Sikap Elisabet ini patut menjadi teladan bagi kita umat Katolik yang hidup dalam masa penantian akan kedatangan Tuhan Yesus Kristus. Kesetiaan Elisabet membuat Tuhan tidak sampai hati membuatnya terus menanggung aib. “Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapus aibku di depan orang” (Luk 1:25). Tuhan bertindak dan Elisabet yang mandul itu, akhirnya mengandung. Ia nantinya akan melahirkan seorang anak laki-laki pada masa tua.
Ketika Elisabet tahu dia akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, Elisabet tidak pamer sana-sini dan menggembar-gemborkan kabar tersebut. Elisabet menyerahkan diri kepada penyelenggaraan Tuhan dalam hidupnya. Kepribadian Elisabet sangat terpuji di hadapan Tuhan. Karena itu Lukas, sang penulis Ijil, memasukkan Elisabet dalam riwayat kelahiran Yesus Kristus. Selain itu, Elisabet adalah seorang yang rendah hati. Elisabet sadar betul bahwa semua yang diterimanya adalah karunia Tuhan. Sikap kerendahhatian Elisabet ini akhirnya diwarisi oleh anaknya, Yohanes Pembaptis. Jendela hati Elisabet selalu dibuka untuk Roh Kudus agar memenuhi dengan berkat. Kesabaran, kesetiaan dan kerendahhatian menjadi tanda kehadiran Roh Kudus dalam hidup. Karena itu, bukalah hati kita agar selalu dipenuhi dengan Roh Kudus supaya kita bisa merasakan rahmat itu dalam kehidupan. Kisah pengalaman Elisabet ini menjadi inspirasi bagi kita. “Tetaplah tersenyum saat badai melanda. Bekerjalah lebih keras daripada sebelumnya. Hanya mereka yang telah teruji oleh guncangan badai, layak memimpin kapal yang besar.” (Steve Kosasih. “Teguh Tersenyum di Tengah Badai” dalam Harian Kompas, 26 November 2015, hlm.39). Elisabet telah memberikan teladan. Kini tiba saatnya bagi kita mengikuti sikap Elisabet dalam hidup beriman dan hidup harian. (AL/Inspirasi Batin 2016)
sumber : www.renunganpagi.blogspot.co.id