Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (2:13-15,19-23)
“Bawalah Bayi serta ibu-Nya mengungsi ke Mesir.”
Setelah orang-orang majus yang mengunjungi Bayi Yesus di Betlehem pulang, nampaklah Malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi. Malaikat itu berkata, “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya! Larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Raja Herodes akan mencari Anak itu untuk dibunuh.” Maka Yusuf pun bangun. Malam itu juga diambilnya Anak itu serta ibu-Nya, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana sampai Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan lewat nabi-Nya, “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.” Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf di Mesir dalam mimpi. Kata malaikat itu, “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu sudah mati.” Lalu Yusuf pun bangunlah. Diambilnya Anak itu serta ibu-Nya, dan pergilah mereka ke tanah Israel. Tetapi setelah mendengar bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, Yusuf takut ke sana. Setelah dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea. Setibanya di sana ia tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Dengan kemajuan teknologi informasi sekarang ini, orang cenderung merasa cukup untuk berkomunikasi dengan siapa pun melalui media sosial, entah SMS, WA, FB, Twitter, Line, e-mail, dan seterusnya. Kita ingat saja, bagaimana orang dapat membuat suatu ucapan Selamat Natal dan Tahun Baru seperti yang hari-hari ini terjadi untuk dikirimkan ke semua grup dann alamat dan ponselnya. Ini memang sudah lazim, dan tentu juga tidak masalah. Hanya saja yang namanya pertemuan atau perjumpaan pribadi, dari muka ke muka tetaplah selalu tak tergantikan .
Hari ini Pesta Keluarga Kudus. Bacaanbacaan hari ini mengingatkan kepada kita bukan hanya kesucian hidup berkeluarga tetapi juga makna dan teladan Keluarga Kudus: Yesus, Maria dan Yusuf. Kekuatan dasar Keluarga Kudus adalah kebersamaan hidup melalui kehadiran bersama, di mana di situ selalu terjadi komunikasi karena saling berjumpa secara pribadi dengan Yesus Kristus sebagai pusat dan tali pengikatnya. Kesatuan erat Bapa Yusuf dan Bunda Maria kepada Tuhan Yesus Kristus yang menjadi intinya membuat keluarga ini terberkati, terlindungi. Perintah Malaikat Tuhan dan ketaatan Bapa Yusuf sebenarnya mengabdi pada rencana penyelamatan Allah yang sedang dilaksanakan oleh Yesus Kristus yang saat itu masih bayi lemah dan bergantung kepada keluarga-Nya. Yesus belum saatnya tampil. Dia masih disembunyikan oleh Allah, baik ketika ada ancaman dari Herodes maupun ketikam asih harus tumbuh dan berkembang sebagaimana anak dalam Keluarga Kudus di Nazaret. Interaksi pribadi dalam kebersamaan yang diwarnai oleh apa yang disebut pada bacaan kedua hari ini: belas kasihan, kemurahan dan kerendahhatian, kelemahlembutan, dan kesabaran, dengan berpusat pada pribadi Tuhan Yesus Kristus, menjadikan keluarga Bapa Yusuf dan Bunda Maria sebagai Keluarga Kudus.
Kita semua hidup dalam keluarga kita masing-masing. Bahkan, mereka yang dipanggil sebagai imam ataupun biarawan-biarawati juga berasal dari keluarga. Marilah kita berdoa dan memohon kepada Allah agar keluarga kita masing-masing tetap berpusat pada Tuhan Yesus Kristus dan menghayati kebersamaan hidup melalui perjumpaan dan pertemuan pribadi antar anggota keluarga, muka dari muka. Ada baiknya dalam keluarga-keluarga Kristiani, setiap anggota memiliki waktu untuk duduk bersama, lepas dari yang namanya HP, atau smartphone atau gadget, hanya untuk saling berbincang dari hati ke hati dalam suasana akrab dan kasih, sharing pengalaman hidup hari ini lalu ditutup dengan doa malam bersama. Ada kesan, acara semacam ini dalam keluarga kita semakin menghilang. Semoga kesan itu tidak benar.
Sumber : www.renunganpagi.blogspot.co.id