| |

Kamis, 02 Februari 2017 Pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah

Kamis, 02 Februari 2017
Pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah

“Hanya dalam kebenaran-lah kasih bersinar terang, hanya dalam kebenaran kasih dapat dihidupi secara otentik. Kebenaran adalah terang yang memberi makna dan nilai kepada kasih.“ – Paus Benediktus XVI, Ensiklik Caritas in Veritate

Tengoklah! Tuhan akan datang dengan kekuatan besar, akan bersinarlah mata semua orang yang mengabdi kepada-Nya, alleluya.

Behold, our Lord will come with power, to enlighten the eyes of his servants, alleluia.

Pengantar
 
Pesta Yesus dipersembahkan di kenisah sudah sejak abad ke-5 dirayakan di kota Yerusalem (Ritus Timur), dan sejak abad ke-6 diperluas ke seluruh Gereja Barat. Di Roma pesta ini dirayakan dengan nada pertobatan, sedangkan di Perancis dengan pemberkatan meriah dan perarakan lilin, sehingga sekarang masih dikenal sebagai “Misa Terang”. Sejak tahun 1960 perayaan ini ditetapkan sebagai “Pesta Tuhan”, sebelumnya dikenal dengan “Pesta Maria”.
Pada hari ini kita memperingati peristiwa mulia Kanak-kanak Yesus dipersembahkan kepada Allah oleh orangtua-Nya pada hari ke-40 sesudah kelahiran-Nya, sesuai dengan peraturan Hukum Taurat yang berlaku bagi setiap anak laki-laki sulung. Dalam diri Anak itu, Simeon yang sudah tua mengenal Sang Mesias, yang disebutnya “Terang yang menjadi pernyataan bagi bangsa-bangsa”. Secara tradisional pada hari ini diadakan Perarakan Lilin atau sedikitnya Pemberkatan Lilin untuk menyambut dan menghormati Yesus yang “datang ke kenisah-Nya sebagai Terang bagi bangsa-bangsa”
   

Injil Yesus Kristus menurut Lukas (2:22-40) (Singkat: 2:22-32) 

“Mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu.”

Ketika genap waktu pentahiran menurut hukum Taurat Musa, Maria dan Yusuf membawa Anak Yesus ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan, “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah.” Juga mereka datang untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Waktu itu adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh hidupnya, yang menantikan penghiburan bagi Israel; Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Atas dorongan Roh Kudus, Simeon datang ke Bait Allah. Ketika Anak Yesus dibawa masuk oleh orang tua-Nya, untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, Simeon menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” [Yusuf dan Maria amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Anak Yesus. Lalu Simeon memberkati mereka, dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel, dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri -, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang. Ada juga di situ seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer, namanya Hana. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah menikah, ia hidup tujuh tahun bersama suaminya, dan sekarang ia sudah janda, berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah, dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Pada saat Anak Yesus dipersembahkan di Bait Allah Hana pun datang ke Bait Allah, dan bersyukur kepada Allah serta berbicara tentang Anak Yesus kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. Setelah menyelesaikan semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah Maria dan Yusuf serta Anak Yesus ke kota kediamannya, yaitu Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.]
InilahI Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

“Begitu banyak umat terbaptis kehilangan identitas dan keanggotaannya : mereka tidak tahu konten iman yang esensial atau mereka berpikir bahwa mereka bisa menumbuhkan iman terpisah dari perantaraan Gerejawi. Dan sementara banyak orang melihat dengan ragu pada kebenaran-kebenaran yang diajarkan Gereja, yang lainnya mereduksi Kerajaan Allah menjadi suatu nilai-nilai besar, yang tentu berhubungan dengan Injil, tapi tidak lagi berhubungan dengan inti iman Kristen…Dalam konteks ini, bagaimana kita menghidupi tanggung jawab yang dipercayakan kepada kita oleh Tuhan?” – Paus Benediktus XVI
Renungan
Anda percaya akan apa yang sering disebut ‘kebetulan’? Atau, anda lebih percaya akan apa yang dikatakan ‘penyelenggaraan Ilahi’? Atau, beranikah anda percaya bahwa bagi orang yang hidup di dalam tuntunan Roh Allah, dari dalam hatinya sendiri juga ada keterarahan, kesatuan, kesamaan gerak dengan Sang Penyelenggaraan itu sendiri? Tuhan tidak selalu dan tidak harus menjadi ‘penggerak’ mutlak satu-satunya; Tuhan juga ingin jika di dasar hati kita, ada keterarahan, ketertarikan, kesesuaian dengan Dia; ini tanda kita tumbuh, kita berkembang, kita maju dalam hidup rohani kita. Kita menuju Allah, kita mengarah ke Allah, kita selaras dengan Allah.
Kerajinan kita, devosi kita, kontemplasi kita terhadap Allah akan menjadikan kita mudah sehati sejiwa dengan Allah, mudah digerakkan dengan mudah oleh Allah juga. Pesta Yesus dipersembahkan di kenisah ini, mengingatkan kita akan hari pembaptisan kita, hari pengudusan kita, hari di mana kita semakin tumbuh menuju Allah. Pesta ini menyadarkan kita bahwa Allah menyertai kita (Imanuel). Allah mau tinggal di dalam kita. Kita bukan manusia kebetulan, kita adalah manusia yang disertai Allah, yang bersama Allah. Oh, betapa indahnya martabat kita. (Mutiara Iman 2017)
 Persembahan Yesus dalam kenisah Bdk. Luk 2:22-29. menunjukkan Dia sebagai Anak sulung, yang dipersembahkan kepada Tuhan Bdk. Kel 13:12-13.. Dalam Simeon dan Anna terjadilah pertemuan – demikianlah tradisi Bisantin menamakan pesta ini – seluruh pengharapan Israel dengan Penebus-Nya. Yesus dikenal sebagai Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan, sebagai “cahaya bangsa-bangsa” dan “kemuliaan Israel”, tetapi juga sebagai “tanda pertentangan”. Pedang dukacita, yang diramalkan untuk Maria, menandakan “persembahan” yang lain, yang sempurna dan yang satu-satunya, di salib, yang akan menganugerahkan keselamatan, “yang Allah persiapkan untuk segala bangsa”. — Katekismus Gereja Katolik, 529 
Sumber : www.renunganpagi.blogspot.co.id

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *