| | |

“ YESUS MENYUCIKAN BAIT ALLAH”

“Ambil semuanya ini dari sini, jangan membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan!”

Intisari Bacaan Minggu Ini

  1. Allah memberikan hukum kepada bangsa Israel melalui Nabi Musa agar bangsa Israel selamat. Hukum inilah yang dikenal sebagai Sepuluh Perintah Allah. (Bacaan I – Keluaran)
  2. Paulus mewartakan Kristus yang tersalib sebagai kekuatan dan hikmat Allah. (Bacaan II – 1 Korintus)
  3. Melalui tindakan menyucikan Bait Allah dari para pedagang, Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah Bait Allah yang Sejati, tanda nyata kehadiran Allah di tengah-tengah manusia. (Bacaan Injil – Yohanes)

Bahan Refleksi Pribadi:

  1. Manakah ayat yang mengesan bagiku dalam bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini?
  2. Bagaimana sikapku selama ini terhadap hukum Tuhan/Sepuluh Perintah Allah?
  3. Apakah aku sadar bahwa tubuhku juga adalah bait Allah, yang harus dijaga kekudusannya?
  4. Bagaimana caraku menjaga kekudusan diriku, khususnya di masa Prapaskah ini?

Katekismus Gereja Katolik

604 Dengan menyerahkan Putera-Nya karena dosa kita, Allah menunjukkan bahwa rencana-Nya untuk kita adalah satu keputusan cinta yang penuh kebaikan dan mendahului setiap jasa dari pihak kita: “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita” (1 Yoh 4:10). “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Rm 5:8).

605 Cinta ini tidak mengecualikan seorang pun. Yesus mengatakannya pada akhir perumpamaan mengenai domba yang hilang: “Demikian juga Bapamu yang di surga tidak menghendaki, supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang” (Mat 18:14). Ia menegaskan bahwa Ia menyerahkan hidup-Nya “menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat 20:28). Ungkapan “untuk banyak orang” bukan menyempit, melainkan menempatkan seluruh umat manusia di hadapan pribadi Penebus satu satunya, yang menyerahkan Diri, untuk menyelamatkannya. Seturut teladan para Rasul, Gereja mengajarkan bahwa Yesus wafat untuk semua manusia tanpa kecuali: “Tidak ada seorang manusia, tidak pernah ada seorang manusia, dan tidak akan ada seorang manusia, yang baginya Ia tidak menderita” (Sinode Quiercy 853: DS 624).

Sharing Iman:
www.sabda.org

Beberapa tahun lalu, sebuah penyelidikan yang dilakukan pemerintah Amerika mendapati bahwa beberapa pengemudi truk mengangkut sampah dengan truk pendingin yang biasanya digunakan untuk mengangkut makanan. Salah satu alasannya adalah bila truk yang melakukan perjalanan jauh harus kembali tanpa mengangkut apa pun, maka ongkosnya tidak akan mencukupi.

Dalam sidang dengar pendapat yang diadakan oleh Kongres, para pengemudi truk mengatakan bahwa sampah merupakan komoditas “favorit” karena mereka dibayar untuk mengangkut sesuatu yang tidak bisa rusak. Menjawab alasan itu, seorang pakar ilmu gizi mengatakan bahwa dengan melakukan hal itu, mereka ibarat menyajikan salad kentang dari tempat sampah yang sudah diacak-acak kucing.

Skandal “polusi demi mencari untung” ini belum apa-apa dibanding dengan yang diceritakan dalam Yohanes 2:13-22. Yesus mengusir para penukar uang dari Bait Allah karena niat mereka untuk mencari untung telah mengotori rumah Bapa-Nya. Namun yang juga sama buruknya adalah mengotori bait tubuh kita dengan pikiran dan perbuatan yang tidak semestinya (1 Korintus 6:19).

Dalam banyak hal, sebenarnya kita tidak lebih baik daripada para pengemudi truk atau para pedagang di Bait Allah pada zaman Yesus. Kita sering beranggapan bahwa akan lebih menguntungkan jika menyimpan sampah nilai-nilai kehidupan duniawi dalam benak kita. Semoga Allah mengampuni kita, membersihkan kita, dan membantu kita membuang apa saja yang mengotori bait Allah, di mana hanya Dia yang berhak menempatinya. Kita memang harus hidup di dunia, tetapi jangan biarkan dunia hidup dalam kita.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *