|

Renungan Kecik | Kamis dan Jumat, 24/25-02-2022

Renungan Kecik edisi rapel Kamis dan Jumat
Kamis, 24-02-2022

Yak 5:1-6
Upah para buruh yang ditahan, berteriak-teriak, dan teriakan itu sampai ke telinga Tuhan.

Mrk 9:41-50
Barangsiapa memberi kalian minum secangkir oleh karena kalian pengikut Kriatus, iatak kan kehilangan ganjarannya
~~
BERTANGGUNGJAWAB ATAS HIDUP SESAMA

Para sahabat terkasih,
Sabda Tuhan hari Kamis ini mengundang kita untuk memiliki rasa tanggungjawab terhadap hidup sesama.

Caranya adalah dengan melenyapkan sifat dan sikap serakah terutama bagi yg kaya dan berkecukupan [Yak. 5:1-6] dan diganti dengan kepedulian serta kemurahan hati. Ibaratnya, memberi secangkir air minum.

Secangkir air minum dapat merupakan pertolongan yang besar bagi yg kehausan. Artinya, pertolongan sekecil apapun akan sengat berarti bagi saudara-saudari kita terutama yg berkekurangan dan dalam kesulitan.

Inilah cara kita menjaga “rasa asin” kita sebagai garam jangan sampai menjadi tawar [Mrk. 9:50]

Shalom
Berkah Dalem
~~
Renungan Kecik
Jumat, 25-02-2022

Yak 5:9-12
Saudara-saudara, janganlah kalian bersungut-sungut dan saling mempersalahkan,
agar tidak dihukum.

Mrk 10:1-12
Yang dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia.
~~~
Injil memperbincangkan masalah perceraian. Rupa-rupanya perceraian telah terjadi sejak masa Yesus namun pada jaman ini ada peningkatan prosentase yg cukup signifikan. Memang masalah dlm kehidupan dan keluarga semakin kompleks.

Menanggapi permasalahan perceraian ini Tuhan Yesus Kristus mengajak para pendengarnya untuk secara jernih menguraikan akar masalahnya dengan mengingatkan kita bahwa kita manusia, pria dan wanita, diciptakan secitra, segambar dan serupa dengan Allah. Allah adalah setia maka kita sebagai citra-Nya juga dianugerahi rahmat kesetiaan yg disematkan dalam hati kita. Kesetiaan ini yg seringkali dilupakan atau mulai mudah ditawar oleh pasangan suami istri yg sedang menghadapi perselisihan. Akibatnya, kata cerai lebih mudah meluncur dari mulut kita.

Selanjutnya, Tuhan Yesus juga menegur pendengar-Nya bahwa perceraian terjadi karena kedegilan hati manusia, dan Yakobus menengarainya saat orang suka menggerutu dan saling menyalahkan [Yak. 5:9-12].

Dalam relasi suami isteri dalam bahtera rumahtangga memang perlu komitmen [“Kalau ya katakan ya, jika tidak katakan tidak.”] dan kesetiaan [meneladan kesetiaan Ayub dalam suka dan duka, dalam untung dan malang, waktu sehat maupun sakit].

Semoga sabda Tuhan ini menyegarkan kesetian dan komitmen kita terutama bagi para pasutri seraya juga bersedia mengurangi bahkan menghilangkan kedegilan hati.

Shalom
Berkah Dalem.

Similar Posts