|

Renungan Minggu Prapaskah II | 13 Maret 2022

Renungan Minggu Prapaskah II, 13 Maret 2022

Kej 15:5-12.17-18
Perjanjian Allah dengan Abraham.

Mzm 27:1.7-8.9abc.13-14
Ref: Tuhan adalah terang dan keselamatanku.

Flp 3:17-4:1
Kristus akan mengubah tubuh kita
menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia. Maka berdirilah dengan teguh dalam Tuhan!

Luk 9:28b-36
Ketika sedang berdoa, wajah Yesus berubah, dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan.
“Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia!”
~~
Semua orang diundang pada kemuliaan Allah.

Lukas pengarang injil adalah pribadi yang sederhana. Ia lahir dari keluarga budak dan orang Yunani. Ia terbiasa dan tangguh menghadapi tekanan dan kesulitan hidup sekaligus ia memiliki sifat setia [saat Paukus dipenjara “Hanya Lukas yang tinggal dg aku 2Tim 4:11] dan peduli pada sesama krn ia seorang tabib [Kol. 4:14].

Sifat dan profesinya sbg tabib mempengaruhi tulisannya dalam injil. Injil Lukas dikenal sebagai Injil orang miskin, solidaritas, dan keadilan sosial. Sepanjang Injil Lukas, dengan kuat Yesus ditampilkan sebagai sosok yg berpihak pada siapapun yg lemah, miskin, berdosa yang mau kembali kepada Allah.
~~
Dalam Injil Lukas kelemahan, kerapuhan bahkan dosa manusia sekalipun hendak diangkat pada kemuliaan Allah.
Dalam perikop Luk 9:28b-36 mengisahkan sisi kerapuhan manusia berhadapan dengan kemuliaan Tuhan. Kerapuhan manusiawi ditandai oleh Petrus, Yakobus dan Yohanes yg tertidur saat diajak berdoa oleh Yesus. Namun setelah Petrus dkk bangun mereka melihat kemuliaan Yesus yang berubah rupa dan pakaiannya bercahaya berkilau-kilauan. Allah dlm Yesus Kristus berkenan menunjukkan kemuliaan-Nya kepada para murid yang rapuh.

Juga dalam diri Abram yang jatuh terlelap karena kelelahan setelah ia terbangun dilihatnya suluh-suluh api diantara persembahannya yg menandakan Allah hadir dan akhirnya menyatakan janji-Nya.

Intinya: baik bacaan Kej. 15:5-12.17-18 maupun Injil Luk. 9:28b-36 menampilkan Allah yang mulia berkenan menjumpai manusia yang rapuh dan lemah untuk dikaruniai kemualiaan ilahi.
Maka Petrus pun berseru “Betapa bahagianya kami berada di tempat ini.”

Nah bagaimanakah kita manusia agar dapat juga mengalami kebahagiaan dan kemuliaan Allah di sini dan saat ini dalam peziarahan hidup sehari-hari?
~~
Pintu masuknya adalah:
1. BANGUN-lah dari tidurmu [tidur dari iman, tidur dari kepedulian, tidur dari cintakasih]. Bangunlah seperti Abram, Petrus dkk.

2. BERDOA
Abram berdoa mempersembahkan korban bakaran.
Petrus diajak Yesus berdoa.
Yesus berdoa dan Ia berubqh rupa, wajahnya dan pakaiannya berkilau-kilauan, menjadi glowing.
Kalau Anda ingin glowing jangan hanya merawat kulit luar saja tapi rawatlah isi dirimu yakni hatimu dan jiwamu dengan BERDOA supaya memancarkan sikap yang glowing; ramah, otimis, gembira.

3. DENGARKANLAH DIA, “Inilah Anak-Ku yang kupilih. Dengarkanlah Dia.” Dengarkanlah Yesus Sang Firman Allah. Baca dan renungkan Kitab Suci.

4. JANGAN JADI MUSUH SALIB KRISTUS. Musuh salib Kristus adalah orang yang menuhankan perut, kemuliaannya hal-hal aib, pikirannya melulu hal-hal duniawi.

5. BERDIRILAH TEGUH DALAM TUHAN.
Abram percaya dan berpegang teguh pada janji Allah meskipun hal itu nampak mustahil. Tetapi ia yakin Allah yang tidak akan ingkar janji.
Paulus juga setia dan berpegang pada Kristus yang mulia, yang bangkit. Kristus yang mulia dan bangkit itu adalah Kristus yang telah memikul sengsara salib hingga wafat. Maka dalam aniaya Paulus tetap setia.

Shalom
Salam seroja

Untuk homili lengkap silakan dibuka link youtube:

Similar Posts