| |

ALLAH ADALAH KASIH

Intisari Bacaan Minggu Ini

  1. Paulus menyatakan bahwa Allah mengasihi dan tidak membeda-bedakan setiap orang. Setiap orang yang takut akan Allah dan mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya. (Bacaan I – Kisah Para Rasul)
  2. Rasul Yohanes mengajak kita sebagai murid-murid Yesus untuk saling mengasihi. Kasih itu berasal dari Allah, dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. (Bacaan II – Surat Pertama Rasul Yohanes)
  3. Yesus menghendaki agar kita senantiasa tinggal dalam kasih-Nya, yaitu dengan cara menuruti perintah-Nya. Tinggal di dalam kasih-Nya akan membawa sukacita dan buah yang (Bacaan Injil – Yohanes)

Bahan Refleksi Pribadi:

  1. Manakah ayat yang mengesan bagiku dalam bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini?
  2. Apa arti “kasih” menurutku?
  3. Apakah aku memiliki pengalaman “mengasihi” dan “dikasihi”?
  4. Apa tindakan konkret yang aku lakukan sebagai bentuk/ungkapan kasih-ku bagi keluarga, lingkungan/ masyarakat, dan Gereja?
  5. Apa usahaku agar dapat senantiasa tinggal dalam kasih Tuhan?

Katekismus Gereja Katolik

1822 Kasih adalah kebajikan ilahi, dengannya kita mengasihi Allah di atas segala-galanya demi diri-Nya sendiri dan karena kasih kepada Allah, kita mengasihi sesama seperti diri kita sendiri.

1823 Yesus membuat kasih menjadi suatu perintah baru Bdk. Yoh 13:43.. Karena Ia mengasihi orang-orang-Nya “sampai pada kesudahannya” (Yoh 13:1), Ia menyatakan kasih yang Ia terima dari Bapa-Nya. Melalui kasih satu sama lain para murid mencontoh kasih Yesus, yang mereka terima dari Dia. Karena itu Yesus berkata: Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu” (Yoh 15:9). Dan juga: “Inilah perintah-Ku: yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yoh 15:12).

1824 Sebagai buah roh dan penyempurnaan hukum, kasih mematuhi perintah-perintah Allah dan Kristus. “Tinggallah di dalam kasih-Ku! Jikalau kamu menurut perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku” (Yoh 15:9-10) Bdk. Mat 22:40; Rm 13:8-10.

1825 Kristus telah wafat karena kasih terhadap kita, ketika kita masih “musuh” (Rm 5:10). Tuhan menghendaki agar kita mengasihi musuh-musuh kita menurut teladan-Nya (Mat 5:44), menunjukkan diri kita sebagai sesama kepada orang yang terasing (Bdk. Luk 10:27-37), dan mengasihi anak-anak (Bdk. Mrk 9:37), dan kaum miskin (Bdk. Mat 25:40, 45).

Sharing Iman:

sabda.org

Sejak kecil, saya tahu Ayah sangat suka kenari hitam. Jarang-jarang ia bisa mendapatkannya, maka ketika suatu hari menemukan buah itu di tanah saya amat girang! Yang pertama terbersit di benak saya adalah segera meminta tolong Ibu untuk memecahkan kenari itu agar bisa saya makan. Namun kasih saya kepada Ayah membuat saya mengubah rencana itu. Saya menyimpannya untuk Ayah.

Malam harinya ketika ia pulang, saya memberikan kenari itu dan berkata, “Ini buat Ayah, saya sudah menyimpannya seharian khusus untuk Ayah!” Sungguh aneh bagi saya ketika melihat Ayah tidak langsung memecah dan memakannya. Saya baru memahaminya 30 tahun kemudian, setelah beliau wafat. Saya menemukan kenari itu lagi, tersimpan di sebuah tempat khusus di meja Ayah. Ibu berkata bahwa Ayah menganggap buah kenari itu sebagai bukti dalamnya kasih saya kepadanya, sehingga Ayah menyimpannya sebagai kenang-kenangan.

Tindakan-tindakan yang sepele tetapi penuh kasih semacam itu sering kali jauh lebih dihargai daripada yang kita perkirakan. Maka mari kita camkan dalam benak kita perintah Allah untuk saling mengasihi. Dengan kuasa Roh Kudus, mari kita ganti sikap mementingkan diri sendiri dengan kata-kata dan perbuatan tulus yang menunjukkan kasih kita.

Jangan menunda-nunda tindakan kasih, bahkan dalam bentuk yang paling kecil sekalipun. Percayalah, setiap tindakan kasih kita akan dihargai, dan dibalas dengan berlimpah-limpah oleh Tuhan. Tindakan kecil yang penuh kasih dapat membuat perbedaan besar. Untuk membuat perbedaan dalam hidup, tunjukkanlah kasih.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *